Pertanyaan apakah Tan Malaka adalah seorang komunis atau nasionalis, oleh Fadli Zon dengan tegas dikatakannya bahwa Tan Malaka adalah seorang nasionalis dan muslim.
Bahwa Tan Malaka seorang Islam mungkin tak perlu diragukan, mengingat sebagai orang Minang, nilai-nilai Islam sudah ditanamkan sejak kecil.Â
Namun, ketika dewasa, sikap Tan Malaka yang pernah bergabung dengan PKI memang menjadi kontroversial. Di beberapa referensi disebutkan bahwa Tan Malaka tetap muslim, tapi berkategori "abangan".
Dengan berbagai kisahnya, termasuk pelariannya yang berpindah-pingah negara sewaktu diburu pemerintah kolonial Belanda, masih banyak tanda tanya terhadap kiprah Tan Malaka yang belum terjawab.
Yang jelas, warga Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar, daerah asal Tan Malaka, punya cara tersendiri menghargai putra daerahnya yang bernama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka itu.
Sebetulnya, kehendak masyarakat Limapuluh Kota adalah memindahkan makam Tan Malaka dari Kediri ke Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Mas, Kabupaten Limapuluh Kota.
Tapi, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya yang dibawa dari Kediri adalah peti mati berisi bongkahan tanah makamnya (kompas.com, 10/11/2019).
Melalui serangkaian prosesi, termasuk disemayamkan di rumah gadang (rumah adat Minang) keluarga almarhum Tan Malaka, dibawa ke Gedung DPRD setempat serta diarak sesuai prosesi adat seorang raja, bongkahan tanah itu dimakamkan pada 13 April 2017.
Ahli waris Tan Malaka berharap semakin banyak kota-kota di berbagai penjuru tanah air yang mengambil nama Tan Malaka sebagai nama jalan.
Dengan demikian, kesan bahwa pemerintah setengah hati mengakui kepahlawanan Tan Malaka, akan sirna.
Namun demikian, para sejarawan, baik sejarawan Indonesia maupun asing, ditantang untuk meneliti lebih lanjut, mengungkapkan fakta sejarah seputar kehidupan Tan Malaka yang dinilai masih abu-abu.