Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tan Malaka, Pahlawan Nasional dengan Sejumlah Tanda Tanya

2 Juli 2021   05:03 Diperbarui: 2 Juli 2021   05:48 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. tempo.co, dimuat jubi.co.id

Dengan pemberian gelar pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno, tentu bisa dipandang bahwa Soekarno telah merehabilitasi nama baik Tan Malaka.

Harry A Poeze, seorang ahli sejarah berkebangsaan Belanda yang intens meneliti Tan Malaka, menguak banyak hal dalam tulisannya "Memuliakan, Mengutuk dan Mengangkat Kembali Pahlawan Nasional: Kasus Tan Malaka".

Tulisan yang dimuat dalam buku "Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia" (2013) tersebut menjelaskan bahwa Soekarno sebetulnya merehabilitasi pertama kali nama Tan Malaka dalam pidatonya saat menghadiri Kongres Partai Murba pada Desember 1960.

Pada kesempatan itulah Soekarno menegaskan bahwa beliau sudah membaca tulisan-tulisan Tan Malaka, juga sudah berbicara berjam-jam dengan Tan Malaka. Kesimpulan Soekarno, Tan Malaka adalah seorang pencinta tanah air dan bangsa Indonesia.

Bung Karno juga menyebutkan bahwa Tan Malaka adalah seorang sosialis yang sepenuh-penuhnya, sebagaimana dikutip Poeze dari buku "Bung Karno tentang Partai Murba" (1961).

Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) adalah partai terakhir Tan Malaka. Bersama kawan-kawan dan pengikutnya, Tan Malaka mendirikan partai ini pada 18 November 1948 (langgam.id, 28/3/2019).

Sayangnya, pernyataan  Bung Karno tersebut tidak mengakhiri keraguan sebagian kalangan masyarakat yang menilai Tan Malaka seorang komunis.

Bahkan, pada era orde baru,  nama Tan Malaka seperti menghilang dari buku-buku sejarah. Hal ini sangat berbeda dengan nama pahawan nasional lainnya. Seperti diketahui, Partai Komunis Indonesia (PKI), menjadi partai terlarang sejak orde lama tumbang.

Kenapa Tan Malaka dikaitkan dengan PKI? Karena pada zaman kolonial Belanda dulu, setelah Tan Malaka berhenti menjadi guru di kawasan perkebunan di Sumatera Utara, memutuskan pindah ke Jawa dan ikut dalam pergerakan politik, termasuk menjadi ketua PKI (republika.co.id, 19/11/2018).

Padahal, di kemudian hari, bagi PKI sendiri, Tan Malaka dianggap sebagai pengkhianat. Setelah Orde Baru tumbang, barulah diskusi tentang Tan Malaka kembali diadakan dan ditulis oleh media massa.

Seperti yang dilontarkan Fadli Zon (merdeka.com, 28/3/2017), melihat sosok Tan Malaka harus dilakukan secara utuh, tak boleh sepotong-sepotong. Sebab, Tan Malaka adalah manusia multi dimensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun