Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Misteri Kematian Camellia, Sengaja "Dibunuh" Saat Meraih Puncak Popularitas

22 Juni 2021   17:01 Diperbarui: 22 Juni 2021   17:10 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Camellia, pastilah nama seorang wanita. Karena pakai "c" dan "l"-nya dobel, nama ini sangat mungkin terinspirasi dari nama wanita di Eropa atau Amerika.

Anak muda sekarang bisa jadi tak kenal dengan Camellia. Tapi ketika saya remaja, di akhir dekade 70-an hingga awal dekade 80-an, Camellia sangat populer.

Makanya, kalau saya tergila-gila dengan Camellia, meski belum sekalipun melihat wajahnya, mohon dimaklumi. Bukan saya saja, jutaan orang Indonesia lainnya ketika itu juga mendadak menggemari Camellia.

Nama Camellia itu selalu dikumandangkan di radio dan televisi. Atau seperti saya yang membeli kaset Camellia dan memutar berulang-ulang di tape recorder di rumah saya.

Saya punya kaset Camellia secara komplit, dari Camellia 1 hingga Camellia 4. Sebetulnya saya belum puas, masih ingin punya Camellia 5.

Sayangnya, Ebiet G Ade, si pemilik Camellia telah "membunuhnya", sehingga setelah Camellia 4, tak kan pernah ada lagi Camellia selanjutnya.

Karena siapa itu Camellia hingga sekarang masih misteri, lebih baik saya tuliskan tentang Ebiet G Ade saja. Dialah yang melahirkan, membesarkan, sekaligus mematikan Camellia.

Ebiet lebih suka menyebut dirinya sebagai seorang penyair yang bergaul dengan sesama seniman di kota gudeg Yogyakarta. Namun, kelebihan Ebiet, ia bisa menciptakan lagu dari puisi yang ditulisnya sendiri dan piawai pula menyanyikannya.

Suaranya yang khas, agak sengau pada nada tinggi, justru menjadi daya tarik tersendiri, di samping syair lagunya yang puitis. 

Sebetulnya, pada waktu pertama kali saya mendengar lagu Ebiet di layar kaca, saya tak langsung bisa menikmatinya. Iramanya terdengar aneh, keluar dari pakem lagu-lagu pop Indonesia ketika itu, dan juga tidak mirip lagu pop Barat yang menjadi kiblat musik Indonesia.

Tapi, setelah mendengar beberapa kali, kok terdengar enak? Apalagi pada sampul kasetnya, dituliskan lirik dari semua lagu, yang seperti telah ditulis di atas, semuanya berupa puisi Ebiet.

Memang, puisi Ebiet tidak sulit dipahami. Tidak tergolong puisi yang "berat", namun justru langkah yang ditempuh Ebiet terbilang efektif untuk memasyarakatkan puisi.

Sebelum itu, Grup Bimbo sudah beberapa kali bekerja sama dengan penyair Taufik Ismail, di mana puisi Tufik dijadikan lagu. Hanya saja, secara komersial, Ebiet lebih sukses ketimbang Bimbo, karena kaset serial Camellia "meledak" semua.

Kembali ke misteri Camellia, 38 tahun kemudian (dihitung sejak album Camellia 1 dirilis tahun 1979), Ebiet membuat pengakuan saat konser solo tanggal 6 Sepetember 2017 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, bahwa Camellia adalah sosok imajiner.

Pengakuan itu ditulis oleh beritasatu.com (7/9/2017). Kata Ebiet, Camellia merupakan salah satu faktor penunjang sukses dalam karier musiknya. Jadi, sosok rekaan yang begitu fenomenal itu ternyata cewek bohongan alias cewek fiktif.

Ya, namanya juga penyair, tentu bermain imajinasi merupakan kesehariannya. Masalahnya, publik terlanjur percaya, Camellia betul-betul ada orangnya dan meyakini di mana letak makamnya. 

Lalu, kenapa Ebiet "membunuh" Camellia? Jawabannya, Ebiet takut jadi takabur. Padahal, dengan kekuatan imajinasi seorang penyair, gampang saja bagi Ebiet untuk menciptakan berbagai peristiwa dramatis atas seorang Camellia.

Tapi, simaklah lirik perpisahan Ebiet dengan Camellia, pada lagu Camellia 4, yang selengkapnya seperti yang ditulis berikut ini.

Senja hitam di tengah ladang

Di ujung pematang engkau berdiri

Putih di antara ribuan kembang

Langit di atas rambutmu merah tembaga

Engkau memandangku

Bergetar bibirmu memanggilku

Basah di pipimu air mata

Kerinduan, kedamaian, oh

Batu hitam di atas tanah merah

Di sini akan kutumpahkan rindu

Kugenggam lalu kutaburkan kembang

Berlutut dan berdoa

Surgalah di tanganmu, Tuhanlah di sisimu

Kematian adalah tidur panjang

Maka mimpi indahlah engkau Camellia, Camellia, oh

Pagi, engkau berangkat dan hati mulai membatu

Malam, kupetik gitar dan terdengar senandung ombak di lautan

Menambah rindu dan gelisah

Adakah angin gunung, adakah angin padang

Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku

Dan membebaskan nasibku dari belenggu sepi

Membaca lirik di atas, kalau ada yang yakin Camellia betul-betul ada makamnya, ya artinya dia membaca syair atau mendengar lagu tersebut dengan penuh perasaan dan penghayatan.

Kalau saya, lebih memilih memercayai pernyataan Ebiet bahwa Camellia hanya sosok khayalan. Saya bebas membayangkan seperti apa kira-kira kecantikan seorang wanita bernama Camellia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun