Padahal, lazimnya terhadap perintah atasan, anak buah akan menjawab "siap, bapak". Soal nanti dalam pelaksanaannya ada masalah, tinggal lapor ke atasan.
Dalam kultur Jawa, memang agak sulit bilang "tidak". Sehingga, ketika seseorang menjawab "ya", penafsirannya bisa betul-betul iya, atau iya yang sekadar basa basi.
Sebaliknya, orang Minang yang merintis karir pada perusahaan atau institusi berskala nasional, harus pula mampu beradaptasi dengan bos-bosnya yang kemungkinan sebagian besar berbudaya Jawa.
Memang, karir seseorang tergantung pada kompetensi yang dimilikinya. Namun, mereka yang selain kompeten, tapi juga njawani (berperilaku penuh tata krama seperti layaknya pada masyarakat Jawa), lebih cerah prospeknya.
Demikianlah, sekadar contoh, untuk menggambarkan betapa pentingnya saling memahami budaya masing-masing suku, tentu tidak hanya Jawa dan Minang yang perlu dipahami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H