Anehnya, mungkin melihat saya dalam kondisi waspada dan tidak gugup, di halte berikutnya, mereka serempak turun bus.Â
Bahkan uang receh pun yang sempat hampir diambil oleh salah seorang di antara mereke, tapi saya melihat saat tangannya mau merogoh, tetap utuh di saku saya.
Ya, begitulah pengalaman saya. Sekarang, meski sudah jarang naik kendaraan umum, tapi saya merasakan kondisi yang jauh lebih baik bila sesekali naik bus Transjakarta atau kereta api komuter antar stasiun dalam kota Jakarta dan sekitarnya.
Meskipun demikian, belajar dari pengalaman, kewaspadaan tetap perlu. Jangan pernah lengah, bahkan dalam kondisi sepi sekalipun.
Seperti telah disingung di atas, membasmi copet sampai habis, rasanya belum mungkin di negara kita. Ini tidak saja masalah ekonomi, di mana lapangan kerja belum mencukupi bagi semua angkatan kerja, tapi juga masalah mental.
Kenapa saya sebut masalah mental? Karena ada saja orang yang ingin jalan pintas untuk mendapatkan uang. Ada pencopet yang diberikan pekerjaan yang halal, tapi mereka tidak betah dan kembali ke dunia copet.
Salah satu alasan, mungkin karena mereka merasa lebih enak jadi "aktor". Sayangnya, mereka manggung di tempat yang salah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H