Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Tarik Tunai di ATM Kena Biaya, Bank Sudah Kepayahan atau Serakah?

24 Mei 2021   14:02 Diperbarui: 24 Mei 2021   16:42 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GNNT berarti bertransaksi secara digital seperti melalui internet banking atau mobile banking. Bahkan, sekarang mulai marak pembayaran yang tidak melibatkan bank, seperti melalui aplikasi tertentu, yang disebut juga e-wallet (dompet digital).

Soal laba bank-bank BUMN yang triliunan rupiah, itu memang betul. Tapi, dengan catatan bahwa laba sepanjang tahun 2020 lebih rendah ketimbang 2019.

Tentu saja penurunan kinerja bank BUMN tersebut karena terjadinya pandemi Covid-19 yang berbuntut pada kelesuan ekonomi. Buntutnya, pengembalian kredit bank menjadi seret alias naiknya kredit macet di bank.

BNI menjadi bank BUMN yang persentase penurunan labanya paling besar, antara tahun 2020 dibanding 2019, anjlok 78,7 persen. Berikutnya BRI anjlok 45,8 persen, dan Mandiri anjlok 37,7 persen. 

Namun, terjadi anomali di BTN yang mengalami kenaikan laba sebesar 665,7 persen. Hal ini karena pada 2019 laba BTN kecil sekali, hanya Rp 209 milar, setelah manajemennya melakukan bersih-bersih, karena kualitas kredit yang memburuk.

Jadi, secara umum, dapat disimpulkan bank BUMN memang lagi mengalami penurunan kinerja. Tapi, karena itu tadi, labanya masih triliunan rupiah, tidak tepat kalau disebut bank-bank itu lagi kepayahan atau lagi sempoyongan.

Kalau begitu, apakah bank-bank itu serakah? Ya, jawabannya tentu terserah dari sisi mana dilihatnya. Jika dari kacamata bank, seperti telah ditulis di atas, motifnya untuk mendorong nasabah lebih banyak bertransaksi secara digital.

Hanya saja, meskipun tidak dinyatakan pihak bank, biaya pengadaan dan pemeliharaan ATM memang relatif besar. Kenapa muncul ATM Link antara lain juga agar beban pengadaan dan pemeliharaan itu dipikul bersama oleh 4 bank.

Kemudian, ada soal lain yang berkaitan dengan kinerja perbankan nasional secara umum. Sekarang, jumlah dana yang disimpan masyarakat di bank selalu bertumbuh signifikan, sementara kemampuan bank dalam menyalurkan kredit, sangat rendah, karena dibayangi kredit macet yang naik. 

Jadi, ada kesan bahwa bank mulai tidak lagi berpromosi mencari dana. Bahkan, suku bunga bagi penabung, termasuk dalam bentuk deposito, dipangkas relatif besar, sehingga menyimpan uang di bank sebetulnya tidak lagi menarik.

Sayangnya, iklim bisnis juga belum kondusif, sehingga dari pada uang hanya disimpan di bawah bantal, masih banyak yang mau tak mau tetap menabung di bank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun