Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Larangan Mudik, Adakah Peluang Menyiasatinya?

10 Mei 2021   18:00 Diperbarui: 10 Mei 2021   18:02 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan kasus yang telah terungkap? Kompas (6/5/2021) memberitakan bahwa dari pantauan di lapangan, warga menyiasati penyekatan mudik dengan berbagai cara, mulai dari menerobos jalur tikus hingga memanfaatkan kendaraan travel gelap.

Kemudian ada lagi beberapa orang yang diberitakan mudik dengan naik sepeda. Pelakunya pernah diwawancarai dan disiarkan oleh salah satu stasiun televisi nasional. Tentu dibutuhkan ketangguhan fisik selama berhari-hari, bila misalkan naik sepeda dari Jakarta ke salah satu kota di Jawa Tengah.

Jalur laut melaui kapal rakyat yang tidak berlabuh di pelabuhan resmi, menjadi pilihan lain. Namun, kompas.id (9/5/2021) memberitakan patroli laut Kementerian Perhubungan berhasil menggagalkan rombongan warga yang nekat mudik secara ilegal melalui jalur laut di perairan Teluk Jakarta.

Para pemudik jalur laut tersebut diberi sanksi berupa teguran dan diwajibkan untuk putar balik. Jelas, cara ini termasuk tinggi risikonya. 

Soal patroli, tentu di jalur darat yang paling ketat dengan banyaknya pos penyekatan yang tersebar di banyak titik. Ibaratnya, lolos pada lapis pertama, belum tentu aman, karena bisa jadi terjaring pada lapis kedua, ketiga, atau berikutnya.

Ironisnya, baru 4 hari larangan mudik berlaku, kompas.id (9/5/2021) menuliskan bahwa sedikitnya 45.000 orang pemudik terpantau telah masuk ke sejumlah daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Itulah bukti betapa masyarakat tidak kendor semangatnya untuk tetap mudik. Mereka betul-betul menerapkan kata pepatah "banyak jalan menuju Roma".

Konon katanya, peraturan dibuat bukan untuk dipatuhi, tapi untuk disiasati. Tapi, yang kita butuhkan sebetulnya adalah kesadaran masing-masing kita untuk selalu mengikuti protokol kesehatan demi memutus mata rantai pandemi Covid-19.

dok. kempalan.com
dok. kempalan.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun