Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Daftar Panjang Menu Buka Puasa dan Kas Divisi untuk Makan-makan

20 April 2021   17:00 Diperbarui: 20 April 2021   17:02 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saya ingat Mas Gito, office boy (OB) di lantai 7 di sebuah gedung jangkung di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Lantai tersebut ditempati oleh pekerja divisi akuntansi, kantor pusat sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tempat saya lama mengabdi. 

Baru jam 2 sore (padahal jadwal buka puasa sekitar jam 6 sore), Mas Gito sudah mendatangi meja satu persatu karyawan. Ia bertanya apakah akan ikut lembur dan kalau lembur mau pesan apa untuk berbuka puasa?

Kedatangan Mas Gito di meja saya memang selalu saya tunggu-tunggu. Tapi, saya biasanya ingin didaftar pada nomor-nomor terakhir. Soalnya, saya ingin meneliti dulu daftar pesanan teman-teman, sebelum menentukan pilihan sendiri.

Memang, tak gampang bagi saya menentukan pilihan. Tentu saya ingin makanan yang jarang saya rasakan dan diperkirakan memenuhi ekspektasi selera saya.

Boleh dikatakan terlalu banyak pilihan yang tersedia, karena Mas Gito akan mencarinya ke Pasar Bendungan Hilir (Benhil) yang memang terkenal sebagai salah satu sentra penjualan takjil di Jakarta. Sedangkan kantor saya terletak dekat sekali dari Pasar Benhil.

Aturan tidak tertulis di divisi tempat saya  mengabdi cukup menjadi daya tarik bagi pekerja yang lembur. Kenapa saya sebut aturan tidak tertulis? Karena kebijakan masing-masing divisi (tentu sepengetahuan kepala divisiya) berbeda-beda.

Bila mengacu pada kebijakan tertulis yang berlaku bagi semua pekerja, honor lembur sangat kecil dan itupun hanya diberikan pada pekerja kelompok pelaksana. Adapaun kelompok staf ke atas tidak mengenal honor lembur, karena penyelesaian pekerjaan yang masuk job description-nya, sudah menjadi taggung jawab masing-masing.

Salah satu daya tarik bagi karyawan yang lembur adalah bebas memilih menu tanpa ada batas harga maksimal, yang penting dikira-kira saja sendiri, apakah mampu menghabiskan makanan yang dipesan untuk 1 orang.

Artinya, jumlah yang dipesan adalah jumlah yang wajar untuk 1 orang, tak boleh sengaja memesan banyak karena sebagian akan dibawa pulang untuk anak istri di rumah. 

Nah, khusus bulan puasa, ada keistimewaan, karena masing-masing boleh memesan makanan untuk berbuka puasa yang lazim disebut takjil dan makanan utama. Itulah yang membuat saya penuh pertimbangan dalam menentukan pilihan, dan ingin menyontek pilihan teman yang paling maknyus.

Sekadar apa yang saya ingat saja, untuk takjil pilihannya antara lain bubur kampiun, kolak pisang, serabi, kue lupis, aneka gorengan, aneka cemilan tradisional, martabak, dan sebagainya.

Sedangkan untuk makanan utama kebanyakan memilih nasi padang dengan lauk rendang, kikil, ayam pop, dendeng balado, dendeng batokok, dan sebagainya. Dengan catatan, biasanya satu orang memilih dua lauk ditambah sayuran dan sambal.

Selain nasi Padang, banyak pula yang memesan nasi sop, nasi soto, sate (pakai lontong atau nasi), atau menu makanan gerai waralaba asing ala Amerika Serikat, Jepang, Korea, atau Italia. Soalnya, semua itu ada di Benhil.

Maka, tentu saja wajar Mas Gito jam 2 sore sudah membuat daftar pesanan. Ini mengingat biasanya ada sekitar 25-30 orang di lantai 7 itu yang ikut lembur. Proses mendata saja sudah memakan waktu sekitar satu jam.

Lalu, jam 3 sore Mas Gito sudah ke Benhil dan memesan secara berkeliling di beberapa tempat. Berikutnya kembali ke tempat-tempat tesebut untuk mengambil pesanan.

Semakin sore Mas Gito memesan makanan di suatu tempat, persaingannya dengan pemesan lain semakin sengit. Jadi, kalau Mas Gito sampai di lantai 7 kadang-kadang sangat mepet dengan azan magrib yang kami tunggu dari tayangan televisi, bisa dimaklumi.

Kalau sudah begitu, Mas Gito tak sempat lagi membagikan pesanan ke masing-masing meja, tapi kami mencari sendiri pesanan yang bertumpuk di meja Mas Gito.

O ya, kembali ke soal dana untuk semua pesanan Mas Gito itu tadi. Semuanya akan dibayar Mbak Iis, bendahara kas divisi akuntansi, termasuk uang tip untuk Mas Gito.

Kas divisi di atas bukan berasal dari dinas atau yang dibiayai kantor secara resmi. Seperti telah saya tulis, yang resmi dari dinas cuma honor lembur yang sangat kecil (hanya untuk pekerja pelaksana, bukan untuk staf ke atas) yang nantinya akan diajukan permohonan ke divisi sumber daya manusia.

Jadi, dari mana sumber kas divisi? Itulah yang menjadi kesepakatan kami bersama sepengetahuan kepala divisi, bahwa ada penarikan iuran dari pekerja tertentu.

Begini, setiap karyawan yang mendapat uang selain gaji (dan juga bukan uang yang diterima semua karyawan seperti bonus tahunan, uang cuti dan THR), akan menyetor 10 persen dari yang diterimanya ke bendahara kas divisi. 

Nah, penghasilan ekstra itu contohnya honor bagi karyawan tertentu yang mengajar di pusdiklat perusahaan, uang yang diterima karyawan yang melakukan perjalanan dinas, honor pekerja yang ikut pelatihan atau sejenis itu, dan sebagainya.

Alhamdulillah, saya sendiri relatif sering mendapat job untuk mengajar, menjadi tim asesor bagi pekerja yang akan dipromosikan, atau menjadi tim penguji makalah akhir peserta management trainee yang bila lulus akan menjadi staf tetap di perusahaan tempat saya bekerja.

Untuk itu semua, saya mendapat honor, yang 10 persennya saya serahkan ke Mbak Iis. Selain saya, juga ada beberapa pekerja lain yang sering mengajar atau melakukan perjalanan dinas.

Jadi, kas divisi itu tadi, sifatnya dari kami-kami untuk kami-kami sendiri. Selain untuk makan-makan, kas divisi digunakan untuk membeli buah atau makanan saat membezuk teman yang dirawat inap di rumah sakit, atau untuk keperluan sosial lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun