Sebagai bukti Si Bujang termasuk tampan dan juga pintar, ia pernah menjadi finalis pada lomba semacam pemilihan abang dan none di provinsinya. Saat ikut lomba, Bujang masih berstatus mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit.
Dari cerita Si Mama, saya menyimpulkan bahwa Si Bujang sangat mengidolakan mamanya. Lalu, dari hasil pengamatan saya, soal mama sebagai idola ini, ada kaitan yang erat dengan statusnya yang masih single.
Jika setiap teman cewek yang mau didekati atau yang mendekati Si Bujang, dibanding-bandingkan dengan mamanya, menurut saya, akan sulit mencari yang setara. Maksud saya, Si Bujang terlanjur punya standar yang tinggi.
Padahal saya yakin, Si Mama saat baru menikah, juga belum menjadi paket komplit, selain penampilan yang aduhai. Bahwa kemudian Si Mama mempunyai berbagai ketrampilan dan menyayangi keluarga dengan tulus, itu dilatih sambil menjalani kehidupan berumah tangga.
Saya melihat, Si Bujang sendiri tidak merasa resah dengan kejombloannya. Justru Si Mama yang sering galau. Ingin saya memberikan pandangan yang mungkin bisa membantu agar Si Bujang menemukan jodohnya.
Ternyata menjadi seorang ibu yang ideal pun, bukan tidak ada dampak negatifnya. Paling tidak, akan menjadi benchmark yang sulit ditandingi oleh calon menantunya.
Terbalik dengan ibu-ibu dari rumah tangga yang "berantakan". Anaknya bisa takut menikah bukan karena tidak ketemu calon pasangan, tapi trauma dengan apa yang dicontohkan orang tuanya.
Sayangnya saya bukan seorang psikolog. Saya tidak tahu apakah kasus seperti yang terjadi pada Si Mama dan Si Bujang di atas, dibahas dalam buku teks psikologi.Â
Dan tentu termasuk juga dari sisi sebaliknya, yakni apakah lazim bila anak gadis mendambakan calon suami yang berwajah dan berkarakter seperi papanya.Â
Kalau ada dibahas dalam buku-buku psikologi, saya ingin tahu, apa nama sindrom yang seperti itu? Atau, malah istilah sindrom tidak tepat digunakan dalam konteks ini.Â
Mudah-mudahan ada pembaca yang lebih memahami yang berbaik hati menuliskan pandangannya di kolom komentar. Sebelumnya, tak lupa saya mengucapkan terima kasih banyak.