Lagipula, setelah orde baru berakhir, tidak ada partai politik yang betul-betul dominan, sehingga pemenang pemilu pun berganti-ganti. Berbeda dengan saat Presiden Soeharto berkuasa, sebelum pemilu digelar, sudah bisa dipastikan bahwa Golkar akan tampil sebagai pemenang.
Maka, ketika Jokowi yang dari PDIP terpilih menjadi presiden menggantikan SBY yang dari Partai Demokrat, tentu berbagai proyek peninggalan SBY tidak semua bisa diteruskan.
Masih ingat kasus Hambalang? Ini contoh pembangunan yang tidak berkesinambungan. Memang, harus diakui  Hambalang mengalami nasib yang mengenaskan itu karena terkait dengan korupsi.
Tapi, untunglah, ada kabar terbaru, Presiden Jokowi mempertimbangkan untuk melanjutkan kembali pembangunan Hambalang sebagai pusat pelatihan para atlit (detik.com, 16/3/2021).
Tentang wacana tiga periode, Jokowi sudah tegas mengatakan tidak punya niat. Para ketua umum partai politik pun diduga tidak mendukung Jokowi tiga periode, karena ingin mencalonkan kader partainya sendiri pada pilpres mendatang.
Bahkan, kubu PDIP sendiri sebagai partai tempat Jokowi bernaung, diperkirakan lebih mendorong Puan Maharani untuk tampil pada 2024. Ada yang menduga Puan dipasangkan sebagai cawapres dengan Prabowo sebagai capres.
Selain itu, PDIP juga punya calon potensial, Ganjar Pranowo, yang sekarang menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Atau, Menteri Sosial Tri Rismaharini juga disebut-sebut berpeluang untuk maju di pilpres 2024. Sementara itu Golkar sudah merapat dengan Nasdem.Â
Seperti diberitakan salah satu stasiun televisi, Jokowi sendiri menyatakan mereka yang mewacanakan presiden tiga periode, niatnya kalau tidak menjerumuskan, ya menjilat.
Jadi, tak perlu diteruskan wacana presiden tiga periode. Rasanya lebih baik waktu yang ada digunakan untuk menggalang kekuatan semua pihak mengusir pandemi Covid-19. Yang penting kesinambungan pembangunan bisa terjamin.