Pertama, menyangkut efektivitas pribadi yang terdiri dari rasa percaya diri, komitmen pada organisasi, dan integritas.
Kedua, menyangkut efektivitas berpikir untuk melihat kemampuan seseorang dalam berpikir analitis, berpikir konseptual, dan berpikir strategis.
Ketiga, menyangkut efektivitas dalam mencapai hasil, yakni untuk melihat dorongan berprestasi seseorang, kepedulian terhadap kualitas dan akurasi, penuh inisiatif, serta keaktifan mencari informasi.
Keempat, menyangkut hubungan dengan orang lain, yakni bagaimana seseorang mampu membangun pengertian antar pribadi, orientasi memberikan pelayanan pada pelanggan, membina relasi, mempengaruhi orang lain, dan kesadaran berorganisasi.
Kelima, menyangkut efektivitas manajerial (yang penting bila yang akan diisi adalah jabatan untuk level pimpinan), yang terdiri dari kemampuan dalam kepemimpinan, kerjasama, memberikan pengarahan, dan mengembangkan orang lain.
Nah, semua jenis kompetensi di atas tidak akan ditanyakan secara langsung oleh asesor. Namun, bila si pelamar saat menceritakan bagaimana ia bisa berhasil di tempat kerja sebelumnya, secara implisit telah menggambarkan kompetensi-kompetensi di atas, ini yang akan lebih fokus digali oleh asesor.
Jika akhirnya para asesor yakin bahwa cerita itu betul-betul terjadi, bukan mengarang-ngarang, maka si pelamar besar kemungkinan akan diterima bergabung di perusahaan yang dilamarnya.
Jadi jelaslah, CV yang wah, memang bagus-bagus saja. Sudah selayaknya begitu, agar mencuri perhatian tim yang ditugasi untuk menyeleksi para pelamar.
Namun demikian, CV itu akan sia-sia bila tidak disertai dengan kompetensi yang ditunjukkan seorang pelamar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H