Tidak ada jaminan bahwa seorang yang berderet gelar akademisnya atau banyaknya sertifikat pelatihan baik dari dalam atau luar negeri, akan gampang diterima.
Si pelamar betul-betul akan ditantang menceritakan kisah keberhasilan yang bisa diklaimnya. Katakanlah si pelamar dengan bangga menceritakan keberhasilannya menaikkan omzet penjualan di perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya.Â
Tentu dilengkapi dengan angka kinerja, sebelum ia bergabung berapa omzetnya, dan perkembangan omzet dari bulan ke bulan setelah ia bergabung.
Namun, para asesor tidak akan begitu saja menelan cerita si pelamar. Apa peran pribadi yang dimainkan si pelamar sehingga omzet meningkat, harus dielaborasi.
Bagaimana ia menyiapakan strategi, apa yang dilakukannya untuk mencari pelanggan, bagaimana cara ia bekerjasama dengan karyawan lain, semua akan ditanya.
Jika si pelamar mengarang-ngarang, akan ketahuan saat digali lebih rinci faktor who, what, when, where, why, dan how dari keberhasilan yang diklaim si pelamar.Â
Biasanya, jika pelamar melebih-lebihkan ceritanya, ia akan tersudut dan tak bisa lagi mengelak bahwa omzet yang meningkat tersebut bisa saja karena usaha orang lain atau semacam nasib baik saja.
Keliru kalau si pelamar mengira akan banyak ditanya seputar ide-ide untuk mengembangkan perusahaan yang dilamarnya. Karena kalau itu yang ditanya asesor, jawabannya pasti "saya akan......".Â
Kata-kata "akan" belum menjadi bukti bahwa seseorang punya kompetensi karena belum dilakukan.
Justru yang ingin diketahui asesor adalah rekam jejak keberhasilannya di masa lalu yang akan dipakai untuk mendeteksi apakah ia cocok bekerja di perusahaan yang dilamarnya.Â
Sejumlah kompetensi yang ingin dideteksi tersebut dapat dibagi dalam beberapa kelompok.Â