Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kemegahan Jalan Sudirman-Thamrin dan Keraguan Adanya Tunawisma

9 Januari 2021   12:05 Diperbarui: 9 Januari 2021   12:05 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. suaranusantara.com

Sebagai ibu kota negara, Jakarta sebetulnya sudah sejajar dengan kota-kota besar di negara maju, khususnya bila Jakarta dinilai dari apa yang terlihat di sepanjang jalan utama, yakni Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin. Kedua jalan ini saling menyambung, membentang dari Bundaran Senayan hingga Toserba Sarinah, dengan panjang jalan sekitar 5,7 kilometer.

Inilah jalan yang terlebar di Jakarta dan dilengkapi oleh trotoar yang juga lebar di kedua sisinya. Sangat nyaman bagi pejalan kaki, yang ironisnya tidak banyak yang memanfaatkan, karena budaya jalan kaki di negara kita belum terbangun seperti di kota-kota besar di negara maju.

Soalnya, mereka yang berkantor di Jalan Sudirman-Thamrin lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi, baik mobil atau motor. Mereka yang naik taksi akan minta diantar sampai ke lobi gedung yang dituju. Hanya penumpang bus Transjakarta yang jalan kaki dari halte terdekat ke gedung yang dituju.

Yang paling menarik, gedung-gedung pencakar langit dengan ketinggian sekitar 40 lantai (beberapa gedung ada yang lebih dari 50 lantai) tumplek blek di kawasan paling elit se-Indonesia itu. Tak heran harga tanah di sini juga paling mahal di tanah air.

Dengan kemegahan seperti itu, jelas tidak klop bila masih ada tunawisma yang ditemukan di trotoar kawasan Sudirman-Thamrin. Logikanya, tunawisma akan risih bila sekadar duduk-duduk di bangku yang ditanam di trotoarnya. 

Tapi, kenyataannya, ketika Menteri Sosial Tri Rismaharini melalukan blusukan pada hari Senin (4/1/2021) dengan menyusuri kawasan kebanggaan warga ibu kota itu, beliau bertemu dengan tunawisma.

Tak ayal lagi, berita Bu Risma berdialog dengan tunawisma tersebut langsung ramai di media massa. Hal ini membuat Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria langsung bereaksi.

"Saya sendiri sudah hidup di Jakarta sejak umur empat tahun, baru dengar ada tunawisma di kawasan Jalan Sudirman dan Thamrin," ujar sang wagub di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (6/1/2021).

Secara tersirat, dapat dibaca bahwa sang wagub meragukan, jangan-jangan tunawisma yang ditemui Mesos merupakan hasil settingan. Maklum, sekarang kecurigaan bahwa seorang pejabat melakukan pencitraan, sudah hal biasa.

Apalagi Tri Rismaharini memang disebut-sebut menjadi salah satu sosok yang berpotensi diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada pilpres 2024 mendatang. Keberhasilannya sebagai Wali Kota Surabaya menjadi modal besar.

Risma dengan tegas membantah "penemuan"-nya itu sebagai rekayasa. Semuanya terjadi secara kebetulan, kata Risma, seperti diberitakan salah satu stasiun televisi, Jumat (8/1/2021). 

Tunawisma yang ditemui Risma sekarang tinggal di pusat rehabilitasi bagi warga penyandang masalah sosial di Bekasi, Jawa Barat, untuk mendapatkan pembinaan. 

Para tunawisma seperti itu biasanya belum punya Kartu Tanda Penduduk (KTP), makanya tidak mendapat bantuan sosial (bansos) dari pemerintah. Tapi, program Kementerian Sosial saat ini adalah melakukan pendataan secara lebih akurat, agar program bansos lebih tepat sasaran.

Tulisan ini tidak bermaksud memperpanjang polemik soal tunawisma di Jalan Sudurman-Thamrin. Bahwa di jalan paling bergengsi itu jarang ditemukan tunawisma, bukan berarti steril dari para penyandang masalah sosial.

Soalnya, di balik kemegahan gedung-gedung jangkung di kawasan tersebut, masih gampang terlihat hunian semi permanen yang didiami kelompok marjinal seperti para pemulung. Contohnya, di bilangan Bendungan Hilir, di kedua sisi sungai yang melintasi Jalan Sudirman itu, masih ada hunian yang kurang layak ditempati.

Sebaiknya, adegan "berpalas pantun" antara Kemensos dan Pemprov DKI Jakarta disudahi saja. Tak perlu berpikir terlalu jauh sebagai ajang persaingan antara Tri Rismaharini dengan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta, meskipun keduanya berpeluang maju pada pilpres mendatang.

Sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah lebih dibutuhkan demi menekan jumlah warga yang berstatus tunawisma. Bagaimanapun juga mereka adalah warga negara yang berhak menikmati hasil pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun