Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

1 Januari 2021, Tidak Semua Dimulai dari Nol Lagi

1 Januari 2021   00:01 Diperbarui: 1 Januari 2021   08:23 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda sering mengisi bahan bakar di pom bensin milik Pertamina? Pasti tidak asing mendengar ucapan: "dimulai dari nol ya," yang keluar dari mulut petugas yang melayani. Maksudnya, sebagai bukti bahwa pengisian dilakukan dengan benar perhitungan argonya.

Demikian juga bila Anda naik taksi di ibu kota, pastikan sewaktu pengemudi memulai perjalanan, argonya sudah benar. Untuk taksi Blue Bird misalnya, tarif buka pintunya Rp 6.500.  

Ketika Anda telah sampai di tujuan, argonya dimatikan, lalu Anda dipersilakan membayar sesuai angka yang tertera. Kemudian, naik lagi penumpang baru, akan dimulai lagi dari awal, sudah terputus dari penumpang sebelumnya.

Atau, jika kita ambil contoh lain lagi, coba lihat liga sepak bola, baik di negara kita, maupun di luar negeri. Liverpool mengukuhkan diri sebagai juara Liga Inggris 2020. Tapi begitu musim kompetisi baru berputar lagi, poinnya kembali nol. Tak ada jaminan Liverpool akan juara lagi.

Begitu pula kehidupan yang kita jalani. Hari berganti, bulan bertukar, dan sekarang sudah tahun baru, 1 Januari 2021. Tapi, berbeda dengan kisah di pom bensin, naik taksi, atau liga sepak bola di atas, tidak semua hal dalam hidup ini, pada setiap tahun baru, dimulai dari nol lagi. 

Baik, sebelum itu, saya ingin memasukkan pelajaran Akuntansi pada tulisan ini. Dalam hal ini ada istilah "tutup buku" pada tanggal 31 Desember, dan "buka buru baru" pada 1 Januari berikutnya.

Namun, dari sekian banyak akun atau rekening pembukuan (istilah akuntansinya general ledger) yang ada di sebuah perusahaan, yang ditutup pada akhir tahun hanya akun-akun yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya, yang semuanya dipindahkan ke akun "ikhitisar laba-rugi".  Dengan demikian, pada 1 Januari, akun-akun pendapatan dan biaya dimulai dari nol lagi.

Berbeda halnya dengan akun yang berupa aset, utang dan modal. Ini tidak ditutup, saldonya terbawa terus sejak perusahaan berdiri hingga nanti misalnya perusahaan dilikuidasi atau tidak beroperasi lagi.

Jadi, bila perusahaan punya utang Rp 1 miliar tahun 2020, angka ini terbawa ke tahun 2021 jika belum dilunasi. Kalaupun selama 2020 baru dicicil Rp 200 juta, maka saldo utang per 1 Januari 2021 menjadi  Rp 800 juta. Enak banget kalau dinolkan, pasti dituntut oleh pihak yang memberikan pinjaman.

Tapi, jika manajemen sebuah perusahaan mengumumkan perusahaannya meraih laba pada tahun 2020 sebesar Rp 710 juta, itu hanya yang terjadi sepanjang tahun itu saja. Tidak tercampur dengan laba tahun 2019 atau sebelumnya.

Nah, sekarang tentang kehidupan kita. Bila putus cinta, kita boleh bilang tutup buku, lalu buka cinta lagi dengan gebetan baru, yang dimulai dari "nol". Demikian juga berpindah pekerjaan, silakan bilang selamat tinggal dengan tempat kerja yang lama dan buka lembaran baru di tempat baru.

Tapi utang piutang tak bisa begitu. Bila kita punya utang, jangan lupakan dan jangan pula pura-pura lupa. Katakan kesulitan kita, bila memang belum mampu mengembalikan ke pihak yang memberikan pinjaman.

Hati yang tersakiti karena ketidakjujuran juga akan sulit terhapus hanya dengan sepotong kalimat permintaan maaf. Kepercayaan adalah buah dari integrtitas yang tinggi. Sekali orang tidak percaya, akan sulit memulihkannya, meskipun tahun telah berganti sekian kali.

Jejak digital berupa kata-kata makian atau postingan yang tak senonoh, akan terus menerus menjadi saksi tingkah laku seseorang. Bahkan video porno yang menjerat artis Gisel, katanya dibuat tahun 2017, jelas tidak bisa dianggap nol ketika tahun telah berganti jadi 2018, 2019, 2020, dan sekarang sudah 2021, Gisel jadi tersangka.

Yang paling jelas, urusan dosa dan pahala akan berkumulasi sejak seseorang akil balig sampai tutup buku saat menghadap Sang Khalik. Tak bisa mengatakan dosa-dosa berguguran hanya karena telah memasuki tahun baru.

Memang, ada pendapat, bila seseorang tobat nasuha, dalam arti tobat setobat-tobatnya, dosa yang lama akan dihapus. Tapi, sependek pemahaman saya, dosa ada tingkatannya, dari dosa kecil hingga dosa raksasa. Tentu proses penghapusannya akan berbeda-beda untuk setiap tingkatan dosa.

Poin saya adalah, sambil mengucapkan "Selamat Tahun Baru 2021", saya ingin mengingatkan diri sendiri dan para pembaca, bahwa setiap langkah kita, harus dipastikan mengarah pada kebaikan. 

Timbang segala sesuatu, pikirkan baik buruknya, sebelum mengambil keputusan, baik dalam berbicara, menulis di media sosial, atau bertingkah laku di hadapan orang lain. Menyesal kemudian tidak ada gunanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun