Tapi, pasangan ini memang sama-sama pendiam, dari dulu setahu saya mereka tidak ekspresif, tak terlihat apakah bahagia atau sedih. Meskipun begitu, kalau lagi mood dan saya berhasil memancing, tanpa sengaja Anto akan bercerita tentang rahasia rumah tangganya.
Keluhan Anto, seperti sudah saya duga, ada persoalan komunikasi yang tersumbat antara ia dan istrinya. Celakanya, Anto mengatakan kadar cintanya kepada sang istri sudah berkurang jauh. Tapi, sebagai seorang suami, yang otomatis menjadi kepala keluarga, ia akan selalu setia dan bertanggung jawab.
Anto seperti berbisik kepada saya, menandakan yang dibicarakan berupa hal yang sangat rahasia dan sensitif. Ia jujur mengakui kemampuan seksualnya sudah menurun yang menurut saya tentu saja wajar karena faktor usia. Saya bilang, itu tidak usah dikhawatirkan.
Masalahnya, Anto masih ingin sesekali saling mesra. Namun, begitu Anto memegang tangan istrinya, sang istri langsung menepis perlahan. Dugaan Anto, sang istri takut bila aktivitas memegang tangan itu berlanjut ke permintaan hubungan intim. Bisa jadi, kondisi fisik istrinya punya kendala sehingga mengalami kesakitan bila berhubungan.
Akibatnya Anto jadi tersinggung. Saya sudah menyarankan kepada Anto, kenapa ia tidak berbicara baik-baik saja tentang apa yang ia inginkan kepada sang istri? Ternyata, justru saling membuka isi hati itulah yang sangat sulit mereka lakukan. Maka, hal ini sudah di luar kemampuan saya untuk memberikan advis.Â
Saya pikir, pasangan Anto-Lusy ini butuh bantuan psikolog agar rumah tangga mereka terselamatkan. Bila juga menyangkut masalah andropause dan menopause, tentu dokter spesialis bisa menjadi tempat konsultasi.Â
Apapun juga, cinta mereka yang telah pudar, perlu diasah lagi agar bersinar. Puber kedua atau ketiga, itu barangkali jawabannya. Tentu saja puber di jalur yang benar, bukan beraroma perselingkuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H