Menurut versi hitung cepat, PKS kembali menang. Berarti ini mengulang lagi prestasi Irwan Prayitno yang menang pada dua kali pilkada sebelumnya. Mahyeldi yang juga seorang ulama itu meraup suara 35,3 persen. Sedangkan Nasrul cuma meraih 28,7 persen, lumayan jauh di bawah Mahyeldi.
Kubu Mahyeldi telah mengumumkan kemenangan, sedangkan kubu Nasrul yang juga menghitung sendiri dengan hasil meraih kemenangan pada angka 35 persen, memilih menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU.
Sekiranya hasil real count sama dengan quick count, maka bisa dibaca, itulah "hukuman" dari warga Sumbar terhadap Gerindra yang sekarang masuk kubu Jokowi. Sedangkan bagi Nasrul secara pribadi, misinya untuk mematahkan mitos seorang wagub selalu gagal, ternyata semakin memperkuat bahwa mitos itu masih valid.
Justru Mahyeldi lah yang berhasil mematahkan mitos yang lain, bahwa Wali Kota Padang selalu gagal bila maju sebagai cagub. Sepanjang sejarah pilgub Sumbar, belum pernah ada Wali Kota Padang yang sukses promosi jadi Gubernur Sumbar, setelah usaha dari Syahrul Udjud dan kemudian juga dilakukan oleh Fauzi Bahar, kandas di pilkada yang diikutinya.
Sekarang, Mahyeldi yang terpilih dua kali menjadi wali kota di ibu kota provinsi Sumbar itu (sekarang masih pada tahun kedua periode kedua), membuktikan tidak ada kutukan atau kesialan bila ia maju jadi cagub.Â
Semoga Mahyeldi kelak, sebagai wakil pemerintah pusat di Sumbar, bisa bermain cantik. Maksudnya, meskipun ia dari kubu PKS yang menjadi oposisi, harus mampu mendukung program pemerintah pusat dengan baik. Ingat, APBD Sumbar relatif kecil, harapannya agar bisa berkembang, tak bisa lain, mengandalkan APBN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H