Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilgub Sumbar: Mitos yang Bertahan dan "Hukuman" untuk Prabowo

10 Desember 2020   10:10 Diperbarui: 10 Desember 2020   10:16 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pilgub Sumbar kali ini ujian sesungguhnya terhadap kecintaan mayoritas urang awak terhadap Partai Gerindra. Pada pileg 2019 lalu, Gerindra menjadi pemuncak sehingga menempatkan banyak kadernya di DPRD Sumbar.

Bahkan, Gerindra tidak perlu bantuan partai lain, bisa mengusung sendiri paslon untuk gubernur dan wakil gubernur. Maka, Nasrul Abit, kader Gerindra yang juga wakil gubernur saat ini, diusung menjadi cagub, dipasangkan dengan Indra Catri, Bupati Agam, sebagai cawagub.

Nasrul-Indra langsung digadang-gadang akan menjadi pemenang, mengingat posisinya yang sudah berpengalaman sebagai wakil gubernur (gubernur saat ini Irwan Prayitno tidak boleh lagi mencalonkan). Jadi, Nasrul bisa juga dibilang sebagai petahana. 

Alasan lain yang membuat Nasrul optimis tentu saja karena menduga masyarakat masih menyukai Gerindra. Jangan lupa, pada pilpres 2019 lalu, Prabowo menang telak di Sumbar, dengan persentase yang mencengangkan, yakni 85,95 persen. 

Sekrang, posisi Gerindra sudah berbalik arah, menjadi bagian dari koalisi pendukung Jokowi dengan masuknya Prabowo di kabinet. Jadi, wajar saja memunculkan pertanyaan, masih besarkah cinta warga Sumbar terhadap Gerindra? Itulah yang akan dijawab dari pilgub kali ini.

Tapi, apakah dengan posisi sebagai wakil gubernur, akan menguntungkan bagi Nasrul? Nah, ini juga satu persoalan bagi yang suka hal-hal berbau mitos. Soalnya, sejak era reformasi, belum pernah yang namanya wakil gubernur di Sumbar berhasil naik pangkat jadi gubernur, seperti berhadapan dengan "kutukan".

Marlis Rahman, mantan rektor Universitas Andalas yang kemudian jadi wakli gubernur saat Gamawan Fauzi menjadi Gubernur, pada tahun 2010 menjadi cagub dan kalah dari Irwan Prayitno, calon dari PKS yang akhirnya menjadi gubernur dua periode hingga saat ini. 

Setelah itu, Muslim Kasim, Bupati Padang Pariaman yang kemudian jadi wagub di periode pertama Irwan Prayitno (2010-2015) maju menjadi cagub pada pilkada 2015, juga mengalami kekalahan.

Hanya saja, masak di zaman canggih sekarang ini masih ada yang percaya mitos? Di mana letak rasionalitasnya? Maka, Nasrul-Indra tetap difavoritkan memenangi pilkada. Alasannya itu tadi, karena nama besar Gerindra dan Prabowo.

Kuda hitam  yang mungkin menghentikan langkah Nasrul-Indra adalah paslon Mulyadi-Ali Mukhni yang diusung Partai Demokrat dan PAN. Tadinya PDIP ikut mengusung Mulyadi, tapi setelah ada "kecelakaan" pernyataan Puan Maharani soal harapannya agar Sumbar mendukung Pancasila, Mulyadi mengembalikan dukungan PDIP tersebut.

Lalu, setelah pilkada usai Rabu (9/12/2020) kemarin, seperti apakah hasilnya? Ternyata dua paslon yang bersaing adalah calon yang diusung PKS-PAN, Mahyeldi-Audy, dan paslon Nasrul-Indra. Perolehan suaranya meninggalkan dua paslon lainnya, Mulyadi-Ali Mukhni dan Fakhrizal-Genius Umar.

Menurut versi hitung cepat, PKS kembali menang. Berarti ini mengulang lagi prestasi Irwan Prayitno yang menang pada dua kali pilkada sebelumnya. Mahyeldi yang juga seorang ulama itu meraup suara 35,3 persen. Sedangkan Nasrul cuma meraih 28,7 persen, lumayan jauh di bawah Mahyeldi.

Kubu Mahyeldi telah mengumumkan kemenangan, sedangkan kubu Nasrul yang juga menghitung sendiri dengan hasil meraih kemenangan pada angka 35 persen, memilih menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU.

Sekiranya hasil real count sama dengan quick count, maka bisa dibaca, itulah "hukuman" dari warga Sumbar terhadap Gerindra yang sekarang masuk kubu Jokowi. Sedangkan bagi Nasrul secara pribadi, misinya untuk mematahkan mitos seorang wagub selalu gagal, ternyata semakin memperkuat bahwa mitos itu masih valid.

Justru Mahyeldi lah yang berhasil mematahkan mitos yang lain, bahwa Wali Kota Padang selalu gagal bila maju sebagai cagub. Sepanjang sejarah pilgub Sumbar, belum pernah ada Wali Kota Padang yang sukses promosi jadi Gubernur Sumbar, setelah usaha dari Syahrul Udjud dan kemudian juga dilakukan oleh Fauzi Bahar, kandas di pilkada yang diikutinya.

Sekarang, Mahyeldi yang terpilih dua kali menjadi wali kota di ibu kota provinsi Sumbar itu (sekarang masih pada tahun kedua periode kedua), membuktikan tidak ada kutukan atau kesialan bila ia maju jadi cagub. 

Semoga Mahyeldi kelak, sebagai wakil pemerintah pusat di Sumbar, bisa bermain cantik. Maksudnya, meskipun ia dari kubu PKS yang menjadi oposisi, harus mampu mendukung program pemerintah pusat dengan baik. Ingat, APBD Sumbar relatif kecil, harapannya agar bisa berkembang, tak bisa lain, mengandalkan APBN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun