Sementara itu, Bobby, menurut saya belum begitu meyakinkan saat debat dan malah lebih banyak memberikan kesempatan bagi calon wakil wali kota yang jadi pasangannya untuk berbicara. Apakah Bobby belum menguasai permasalahan di Kota Medan?
Menjadi berat bagi Bobby, sebab yang menjadi lawannya adalah petahana Akhyar Nasution yang lebih lancar saat tampil di acara debat tersebut. Apakah memang Gibran akan menang mudah dan Bobby harus mengakui kekalahan, masih perlu kita tunggu.Â
Yang jelas, tak ada yang tak mungkin dalam politik. Bobby, bila mesin partai pendukung yang dimotori PDIP plus 7 partai lain bekerja dengan maksimal, bukan tidak mungkin memukul Akhyar yang hanya didukung dua partai oposisi, PKS dan Demokrat.
Siapa pun yang menang di Medan, harus mampu menjadi pemimpin yang bersih, mengingat tiga Wali Kota Medan sebelumnya sudah menciptakan hattrick kasus korupsi.Â
Tentang pelaksanaan Pilkada di Medan, juga ada hambatan karena kota terbesar di Sumatera ini baru saja dilanda banjir besar. Beberapa TPS terpaksa dipindahkan ke lokasi lain agar lebih nyaman bagi pemilih.
Jadi, pada Pilkada serentak kali ini memang banyak tantangannya. Di samping faktor cuaca yang berakibat munculnya bencana alam di sejumlah daerah, tak kalah mengkhawatirkannya adalah soal rawannya terjadi penularan Covid-19. Namun demikian, sepanjang para pemilih dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan, mudah-mudahan apa yang dikhawatirkan tidak terjadi.
Bagi pemilih yang tidak yakin petugas di TPS mampu menyelenggarakan Pilkada yang sesuai protokol kesehatan, bisa jadi membiarkan hak pilihnya terbuang begitu saja. Jadi, Pilkada kali ini merupakan sebuah pertaruhan. Kalau natinya muncul kluster Pilkada, tak bisa mengkambinghitamkan warga yang tak disipin.Â
Pada akhirnya, kesalahan terbesar harus dipikul oleh pemerintah, DPR, dan KPU yang bersikukuh tetap menggelar Pilkada, meskipun sejumlah pihak sudah menyuarakan agar ditunda.
Memang, proses suksesi kepemimpinan di daerah menjadi penting dengan catatan masyarakat telah cukup rasional dengan memilih calon yang bersih, mengingat selama ini betapa banyaknya gubernur, bupati, dan wali kota yang dicokok KPK.
Akan sangat mubazir bila nantinya selain muncul kluster Pilkada, pilihan masyarakat masih ditentukan oleh paslon mana yang berani memainkan politik uang dengan berbagai modus yang disiasati agar tidak melanggar ketentuan yang berlaku.