Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pernak-pernik Unik, Bukti Kreatifnya Pelaku Usaha Mikro

25 November 2020   00:01 Diperbarui: 25 November 2020   00:12 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bertempat di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, telah berlangsung kegiatan In Store Promotion yang diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan RI, dari tanggal 18 hingga 22 November 2020. Saya secara tidak sengaja ikut melihat langsung pada hari Sabtu (21/11/2020) siang.

Ketika itu sebetulnya saya dan istri lagi berniat membeli pakaian dan sekaligus ingin makan siang di food court yang ada di mal yang relatif dekat dengan rumah saya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, itu.

Sudah cukup lama saya tidak main ke mal. Dugaan saya mal masih sepi karena masyarakat memilih berdiam diri di rumah mengingat masih berlaku pembatasan sosial untuk pencegahan pandemi Covid-19. Tapi, ternyata dugaan saya keliru.

Suasana di mal tak berbeda dengan kondisi normal sebelum pandemi, pengunjung lumayan banyak, sehingga di escalator susah untuk menjaga jarak. Tempat makan juga relatif penuh. Hanya bioskop yang sepi, banyak yang mengurungkan niatnya menonton karena diwajibkan mengunggah aplikasi tertentu semacam absensi dalam rangka pemantauan oleh Satgas Covid-19.

Perbedaan lain adalah adanya pengecekan suhu tubuh saat masuk mal dan pengunjung wajib pakai masker. Hanya saja, ketika pengunjung datang berkelompok dan mereka saling ngobrol, banyak yang melepas masker dengan menggantungkan di leher.

Nah, tanpa sengaja saya melihat arena pameran yang ruang terbuka di lantai dasar. Adapun barang yang dipamerkan berupa produk kerajinan yang disebut dengan "Pernak Pernik Unik".

Memang, stand yang memamerkan dan sekaligus menjual produk-produknya tidak begitu banyak. Saya perkirakan sekitar 25 hingga 30 stand saja. Tapi yang menarik bagi saya, semuanya adalah pelaku usaha mikro yang kreatif. 

Hal ini membuktikan bahwa kreativitas bukan monopoli perusahaan besar yang telah mapan dan punya nama. Tapi, mereka yang belum dikenal pun bisa juga mewujudkan ide-ide yang mungkin tidak terpikirkan oleh orang kebanyakan.

Dari kertas koran bekas (Dok pribadi)
Dari kertas koran bekas (Dok pribadi)
Sebagai contoh, seorang ibu setengah baya, namanya Tri Sugiarti, menjual berbagai produk kerajinan yang terbuat dari gulungan koran bekas, seperti terlihat pada foto di atas. Bu Tri menyodorkan kartu nama kepada saya, dan nama usahanya adalah "Kreasi Menik" yang juga mencantumkan tulisan "Bank Sampah Tri Alam Lestari" yang beralamat di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Tertarik dengan salah satu produknya, istri saya membeli sebuah nampan yang berfungsi sebagai wadah untuk meletakkan makanan kecil dan minuman sebelum dihidangkan kepada tamu yang datang ke rumah. Benda empat persegi panjang ini dihargai Rp 50.000. Cukup murah bila mengingat tidak gampang membuatnya.

Banyak lagi produk yang menarik perhatian saya, seperti alat peraga sekolah, mainan mobil-mobilan, aneka tas, pakaian, taplak meja, tudung penutup di meja makan, piring pajangan, wadah untuk lampu hias, asesoris wanita, dan sebagainya. Semuanya buatan tangan dengan sentuhan seni yang menurut saya lumayan bagus.

Dok pribadi
Dok pribadi
Istri saya membeli dua produk lagi sebelum kami melangkahkan kaki ke luar arena pameran, yakni hiasan untuk ditempel di dinding luar kulkas dan taplak meja. Harganya juga relatif murah.

Saya berpikir, soal kreativitas, pelaku usaha mikro tidak kalah. Mereka hanya membutuhkan kesempatan untuk bisa dikenal masyarakat. Maka, bisa pameran di mal yang ramai seperti yang saya lihat, sungguh bagus untuk dijadikan sebagai program yang bersifat periodik, misalnya dilakukan setiap tiga bulan, masing-masingnya selama seminggu.

Para pengamat sering menganggap permasalahan utama yang dihadapi pengusaha kecil hanyalah kekurangan modal. Padahal, yang lebih utama adalah soal kesempatan untuk bisa dikenal publik, termasuk dalam hal ini soal pemasaran. Semoga tidak hanya Kementerian Perdagangan yang punya gagasan, tapi juga pihak perusahaan besar yang mau menggandeng pelaku usaha mikro.

Jika pengelola mal yang bertebaran di ibu kota dan kota-kota besar lainnya bersedia memberi space untuk pelaku usaha mikro pada hari-hari tertentu, akan sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Soalnya, pelaku usaha mikro ini jumlahnya sangat banyak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun