Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Promo Tanggal Cantik, Apa Masih Nendang? Jangan-jangan Hanya "Gertabol"

11 November 2020   14:04 Diperbarui: 3 Maret 2021   01:31 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja online (Shutterstock via kompas.com)

Berbelanja tergantung promo? Ya, promo yang gencar memang bertujuan menggoyang sisi psikologis konsumen yang sering dimanfaatkan oleh para produsen atau para retailer yang merupakan ujung tombak dalam mata rantai distribusi barang dari produsen ke konsumen.

Tanpa sadar konsumen digiring untuk berbelanja dengan penuh kegembiraan, karena seperti meraih keberuntungan, membeli barang dengan harga miring. Lupakan dulu sisi rasionalitasnya, lupakan dulu apakah barang yang dibeli betul-betul akan digunakan, atau malah jadi onggokan kotak kardus baru dalam lemari. Yang penting sudah ada stok.

Kapan-kapan bila diperlukan, tinggal pakai saja. Bisa juga, setelah dibeli, merasa kecewa, ternyata barang yang sama sudah pernah dibeli sebelumnya. Ya, begitulah, penyesalan selalu terlambat datangnya. Padahal, waktu berbelanja, banyak yang seperti terhipnotis, kemudian dengan bangga memamerkan di akun media sosialnya.

Akhirnya, karena sudah ramai di media sosial, mereka yang belum kebagian merasa takut bila kehabisan barang, segera mengambil langkah yang sama, yakni berbelanja dengan riang gembira. Inilah pola win-win, produsen, dan konsumen merasa sama-sama untung.

Hari ini, Rabu 11 November 2020, adalah tanggal cantik 11.11.2020, yang merupakan bagian dari Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas). Selain tanggal 11.11, pada tanggal 10.10 yang lalu, dan 12.12 mendatang, juga menyelenggarakan Harbolnas.

Sejarah Harbolnas di negara kita sudah cukup panjang, yakni sejak 2012. Program ini digagas oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam perdagangan secara online (daring, dalam jaringan) yang tergabung dalam Asosiasi e-Commerce Indonesia (IdeA) dengan tujuan untuk mengedukasi dan mendorong masyarakat berbelanja secara daring.

Adapun sejarah berbelanja tanggal 11 November berawal dari China yang dikaitkan dengan hari bersenang-senang bagi mereka yang jomblo alias masih lajang. Inilah yang kemudian di banyak negara, termasuk Indonesia, bertransformasi menjadi Harbolnas. Tentu, siapa saja boleh berbelanja, tak harus yang jomblo.

Lalu "gertabol", apaan tuh? Mungkin istilah ini kurang begitu populer. Kepanjangannya adalah "gerak tanpa bola". Dalam arti sesungguhnya, gertabol terjadi di lapangan sepak bola, yang lazim dilakukan seorang pemain untuk mengecoh pemain lawan atau untuk mencari posisi yang tepat agar bisa menerima bola dari temannya.

Tapi, gertabol akhirnya disematkan pada mereka yang bekerja di kantor yang pura-pura sibuk, padahal tidak mengerjakan apa-apa. Bisa jadi zaman sekarang sudah jarang para pegawai yang melakukan gertabol. Tapi, hingga belasan tahun lalu, di instansi pemerintah atau di kantor perusahaan milik negara, cukup gampang melihat pegawai yang santai-santai saja pada jam kerja.

Ada yang asyik baca koran, ada bergosip dengan sesama pegawai, ada juga yang main catur. Nanti, bila atasannya nongol, mereka langsung sibuk, pura-pura mengetik, pura-pura memeriksa dokumen,dan sebagainya. Nah, itulah contoh gertabol.

Oke, sekarang apa kaitan gertabol dan harbolnas, selain sama-sama ada unsur "bol" pada akronimnya? Begini, seperti diketahui, sejak 8 bulan terakhir ini, kita di Indonesia, bahkan juga di hampir semua negara di dunia, lagi dilanda bencana besar, pandemi Covid-19. Gara-gara itu, pembatasan sosial menjadi hal yang mutlak dikakukan semua orang.

Maka, kegiatan apapun, banyak yang berlangsung dari rumah, termasuk bekerja dan belajar. Berbelanja pun juga dari rumah. Klop bukan dengan pola perdagangan daring yang digencarkan dengan berbagai promosi dalam rangka harbolnas di atas?

Masalahnya, pandemi telah berdampak sangat besar bagi penurunan berbagai indikator perekonomian nasional. Sedikitnya, 4 juta pekerja, sebagian media menyebut 6 juta pekerja, telah terkena PHK massal gara-gara perusahaan tempat mereka bekerja tak mampu lagi secara keuangan.

Daya beli masyarakat pun anjlok tajam dan secara nasional pertumbuhan ekonomi kita sudah negatif pada dua kuartal terakhir. Artinya, Indonesia sudah memasuki masa resesi ekonomi.

Pertanyaannya, apakah harbolnas kali ini masih cukup nendang? Jangan-jangan banyak warga yang asyik berselancar di dunia maya melihat-lihat barang yang mau dibeli, tapi akhirnya tidak membeli apa-apa, sekadar cuci mata saja. Orang yang seperti ini, bukankah gertabol namanya?

Gertabol atau tidak, akan terlihat dari data yang akan ditunjukkan berbagai pelaku e-commerce atau mereka yang menjual produknya lewat aplikasi tertentu. Bila omzetnya tidak berbeda jauh dari tahun lalu, artinya perekonomian kita yang katanya resesi itu, tidak separah yang diperkirakan.

Namun, bila terjadi penurunan omzet, akan merupakan pukulan tersendiri bagi dunia bisnis. Perlu langkah terobosan lain, baik dari pemerintah melalui program stimulus ekonominya, maupun dari pihak swasta, untuk menjadikan roda perekonomian berputar normal lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun