Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis di Kompasiana, Disemprot Bos dan Cemasnya Teman Jika Kisahnya Ditulis

22 Oktober 2020   10:10 Diperbarui: 22 Oktober 2020   13:51 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhirnya saya terdepak dari posisi saya, yang tetap saya syukuri, karena saya yakin segala sesuatu pasti ada hikmahnya. Kemudian, sesuai dugaan saya, direksi akhirnya banyak yang diganti, meskipun baru beberapa bulan menjabat. O ya, soal saya terdepak, belum tentu gara-gara tulisan di atas, bisa juga sebagai faktor kebetulan semata.

Baik, saya lanjut ke soal lain, saya juga sering menuliskan kisah yang saya alami sendiri, yang dialami saudara dan famili saya, serta yang dialami oleh teman-teman saya. Masalahnya, saya tidak hanya menulis pengalaman yang baik (yang mendapat pujian dari orang yang ditulis), tapi juga pengalaman yang kurang baik, dengan maksud sebagai pelajaran bagi saya sendiri dan pembaca.

Suatu kali, ketika pasien terkonfirmasi positif Covid-19 belum banyak, seorang keponakan saya yang menjadi dokter dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala mirip terkena Covid-19. Hal ini saya tulis, yang berakibat dua orang kakak saya kecewa, kenapa harus ditulis sehingga dibaca banyak orang. Terpaksa saya jelaskan maksud baik saya, dan alhamdulillah setelah diisolasi, sang keponakan ternyata tidak terpapar.

Pengalaman saya di kantor dalam berinteraksi dengan atasan, teman yang satu level jabatannya, dan dengan mereka yang secara struktur organisasi berada di bawah saya, tak luput jadi bahan tulisan saya. Baik pengalaman yang menggembirakan, maupun yang menyedihkan. Maksudnya bukan semata-mata sebagai catatan harian, tapi mudah-mudahan ada manfaatnya bagi pembaca.

Kisah-kisah asmara dan rumah tangga teman-teman saya, sering pula menjadi objek tulisan saya. Soalnya itulah yang terlintas di kepala saya, dan sesuai dengan kebiasaan saya, apa yang terpikirkan, hajar saja, langsung ditulis. Nanti sebelum ditayangkan, baru saya edit, dengan tujuan untuk menyamarkan identitas si teman, sehingga tidak tertebak siapa yang saya maksud.

Adakalanya teman saya tersebut tinggal di Jakarta, tapi dalam tulisan saya sebut tinggal di Surabaya. Atau si teman sebetulnya teman sekolah saya dulu, tapi saya tulis seolah-olah teman kuliah. Begitulah cara saya menyamarkannya. Namun demikian, tetap saja ada pesan masuk dari teman ke gawai saya, yang bertanya apakah yang diceritakan itu si A ?

Saya selalu menjawab, tak penting siapa orangnya, karena yang saya inginkan adalah pelajaran bagi siapapun yang membaca untuk tidak mengulangi hal yang jelek yang dicontohkan pada tulisan saya. Bahkan, saya sering menutup sebuah tulisan dengan memaparkan apa yang sebaiknya dilakukan agar peristiwa buruk tidak terulang. Jelas, saya tak punya niat memojokkan seseorang.

Akibatnya, kalau saya lagi ngumpul-ngumpul bersama famili atau teman, setelah terlibat obrolan menarik, sering ada yang nyelutuk yang diarahkan ke saya. "Tolong cerita ini tidak ditulis ya,", ujar teman saya yang cemas kalau kisahnya ditulis. Ya, saya paham dengan kecemasan itu.

Namun demikian, saya tidak menyerah begitu saja. Jika saya merasa kisahnya bermanfaat bagi pembaca, akan tetap saya tulis, tapi dengan berbagai modifikasi, sehingga dugaan saya, semakin sulit bagi teman-teman saya untuk menebak siapa orang yang saya maksud dalam tulisan.

Demikianlah sekelumit suka duka saya sebagai penulis generalis (karena saya tak punya bidang tertentu sebagai spesialis) di Kompasiana. Jujur, saya sangat menikmati dalam berkompasiana tanpa merasa dibebani apa-apa. Saya tidak berperetensi ingin dianggap pakar dan juga tidak bertujuan untuk meraih sesuatu penghargaan.

Saling berinteraksi dengan sesama kompasianer, juga menjadi hal yang sangat berarti. Banyak pelajaran baru yang saya dapat. Tentu juga berbagai event yang diselenggarakan pengelola Kompasiana (sebagian bisa saya ikuti, sebagian lagi tidak bisa), membuat saya merasa nyaman di rumah besar ini. Terasa sekali suasana keakraban dan persaudaraan sesama kompasianer, dan antar kompasianer dengan pengelola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun