Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Video Call Presiden dan Tenaga Kesehatan yang "Terpukul" Dua Kali

28 September 2020   09:33 Diperbarui: 28 September 2020   09:47 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi mempunyai cara berkomunikasi yang berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya, khususnya sewaktu berbicara secara one-on-one dengan salah seorang warga. Maksudnya, ekspresi beliau, gesture-nya, dan pilihan kata-katanya, terlihat lebih merakyat, tidak jaim, dan terpancar keramahan yang tulus.

Ada cara baru yang dilakukan Jokowi akhir-akhir ini dalam berkomunikasi langsung dengan seseorang yang mewakili profesi tertentu yang beban pekerjaannya bertambah banyak sejak berjangkitnya pandemi Covid-19 yang melanda semua penjuru tanah air.

Bulan lalu, Jokowi melakukan video call (selanjutnya ditulis vc) dengan seorang ibu guru SMP di Padang, Sumatera Barat. Betapa cairnya wawancara itu terlihat jelas karena ditayangkan ulang oleh beberapa stasiun televisi, di samping bisa dicari melalui aplikasi media sosial tertentu.

Jokowi memakai bahasa sehari-hari sebagaimana sesama orang biasa berkomunikasi. Tak ada arahan tertentu yang sifatnya menggurui, malah beliau lebih banyak bertanya, ingin tahu kondisi di lapangan dan meminta masukan untuk perbaikan ke depan.

Nah, kemarin, Minggu (27/9/2020), giliran seorang dokter spesialis paru yang bertugas di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara, yang mendapat giliran dihubungi Jokowi melalui vc.

Pada bagian akhir percakapan, Jokowi beberapa kali mengucapkan terima kasih, pertanda beliau, seperti juga yang dikatakannya kepada sang dokter, sangat menghargai dan mengapresiasi perjuangan tenaga kesehatan yang berada di garis terdepan dalam menangani Covid-19.

Jokowi mengakui betapa sangat tidak nyamannya para tenaga kesehatan tersebut bekerja dengan memakai alat pelindung diri (APD), serta bagaimana setelah bertugas, tidak bisa langsung mendekati keluarganya di rumah, tapi harus mencuci tangan, mandi, dan berbagai tindakan pencegahan lainnya agar tidak terpapar atau menulari keluarga.

Seperti diketahui, tenaga kesehatan yang telah terpapar Covid-19 demikian banyak, bahkan yang akhirnya berkorban nyawa  dari kalangan dokter saja sudah lebih 100 orang. Belum lagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

Dokter yang dihubungi Presiden melalui vc tersebut yang bernama  Faisal Rizal Matondang, ternyata pernah terkonfiramsi positif Covid-19 yang baru saja sembuh dan mulai bertugas lagi seperti sebelumnya.

Tak heran kalau Faisal sangat memahami kondisi psikologis pasien yang merasa bosan terus menerus selama dua minggu atau lebih, terkurung dalam ruang isolasi. Tenaga kesehatan pun juga bisa jenuh, tapi dengan penuh rasa tanggung jawab, tetap bersemangat dalam menjalankan tugas.

Tentu saja dengan vc tersebut, tidak saja dokter Faisal yang terangkat motivasinya, tapi juga semua tenaga kesehatan, karena orang nomor satu di negeri ini memberikan perhatian khusus. 

Padahal, kalau diingat berita di media massa sekitar tiga bulan lalu, betapa pembayaran insentif buat tenaga kesehatan yang telah dianggarkan, mengalami hambatan sewaktu mau dibagikan kepada yang berhak. Tak urung Presiden Jokowi pun tak bisa menyembunyikan kemarahan saat sidang kabinet yang membahas kemajuan penanganan Covid-19.

Sekarang soal insentif sudah terdistribusikan dengan baik. Tapi ada masalah baru, berkaitan dengan insentif sebesar Rp 300 juta sebagai kompensasi atau santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang meninggal dunia karena merawat pasien Covid-19.

Dilansir dari cnnindonesia.com (2/9/2020), santunan kematian itu diprotes oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Menurut Wakil Ketua Umum PB IBI Adib Khumaidi, perlindungan terhadap tenaga kesehatan tidak melulu dengan mengucurkan insentif. Ia meminta pemerintah memastikan infrastruktur rumah sakit meliputi ketersediaan APD, obat, dan sumber daya manusia rumah sakit.

Harapan Adib Khumaidi tersebut rupanya sejalan dengan apa yang disampaikan Faisal saat vc dengan Presiden Jokowi. Hanya saja, Faisal lebih menekankan kepada masalah kekurangan tenaga kesehatan dalam menangani pasien Covid-19 di rumah sakit tempatnya bekerja.

Bila di Jakarta saja terjadi kekurangan tenaga kesehatan, berkemungkinan besar di daerah-daerah kondisinya bisa lebih parah. Padahal sekarang ada kecenderungan semakin menyebarnya pasien Covid-19 ke semua daerah. Di lain pihak, beberapa rumah sakit di daerah terpaksa tidak melayani pasien untuk beberapa hari karena banyak tenaga kesehatannya yang terpapar Covid-19.

Memang ada dua kali "pukulan" yang menyebabkan mendesaknya mencari tambahan tenaga kesehatan yang akan berdedikasi penuh untuk pasien Covid-19. Pertama, banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar dan bahkan meninggal dunia. Kedua, di lain pihak, jumlah pasien bertambah banyak. Sekarang setiap hati rata-rata ada penambahan 4.000-an orang yang terkonfirmasi positif Covid-19.

Semoga saja pemerintah punya cara untuk menutupi kekurangan tenaga kesehatan tersebut. Itulah harapan setelah adanya vc yang begitu "mesra" antara Presiden Jokowi dengan dokter spesialis paru di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun