Uniknya, Bertje sendiri sebelum menjadi pelatih kepala hanyalah seorang asisten pelatih dari Sinyo Aliandoe. Sinyo gagal membawa Indonesia lolos masuk babak kualifikasi Piala Dunia 1986, sehingga Bertje yang dijuluki "sang pendeta" karena pembawaannya yang dingin, langsung ditunjuk menangani timnas.
Prestasi terbaik Bertje adalah mempersembahkan medali emas SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta. Ketika itu belum ada Piala AFF dan SEA Games masih diikuti oleh pemain senior (bukan U-23 seperti sekarang), sehingga boleh disebutkan saat itu Indonesia yang terbaik di Asia Tenggara.
Indonesia masih sempat mencicipi yang terbaik di Asia Tenggara, dengan kembali memperoleh medali emas SEA Games 1991 di Manila, Filipina. Kali ini timnas ditangani pelatih asing asal Rusia, Anatoli Polosin. Ia mirip dengan pelatih timnas sekarang Shin Tae-yong, mengutamakan latihan fisik yang keras. Aji Santoso dan Widodo C Putro adalah bagian dari skuad emas tersebut yang sekarang meniti karier sebagai pelatih.
Terhitung sejak 1991, untuk level timnas senior, Indonesia tidak pernah lagi bersinar, sehingga tak heran prestasi Alfred terasa menyejukkan, meskipun hanya pada tahap nyaris juara Asia Tenggara. Irfan Bachdim dan Cristian Gonzales menjadi bintang di era Alfred.
Harapan untuk mengembalikan masa kejayaan timnas kita sekarang berada di pundak pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong. Â Memang, apa boleh buat, kita masih membutuhkan pelatih asing. Pelatih lokal seperti Indra Sjafri dan Fachri Husaini, baru berhasil sebatas menangani pemain usia remaja.Â
Sambil mengenang Alfred Riedl, jangan lupakan "sang pendeta" Bertje Matulapelwa, pelatih lokal jempolan yang telah menghadap Tuhan pada 9 Juli 2002 dalam usia 60 tahun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI