Pilgub Sumbar awalnya tidak begitu bergema pemberitaannya di level nasional. Tentu kalau di level lokal Sumbar, sudah sejak beberapa bulan terkahir ini, berita tentang siapa yang akan difavoritkan menjadi orang nomor satu di ranah Minang, cukup menyita perhatian publik.
Tapi hanya karena pernyataan Puan Maharani yang keseleo lidah, membuat peta politik Sumbar tiba-tiba jadi sorotan nasional. Tafsiran atas ucapan Puan menjadi preseden buruk buat PDIP Sumbar, karena seolah-olah kadar pemahaman atas Pancasila warga Sumbar masih rendah gara-gara PDIP belum menang di sana.
Akibatnya sungguh tidak terduga, menggelinding bak bola salju dan mengubah peta perpolitikan secara signifikan. Dan semua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur terlihat kompak menjauhi PDIP, karena dukungan PDIP malah jadi faktor yang akan membawa kekalahan kepada pasangan tersebut.
Tak perlu banyak pertimbangan, pasangan Mulyadi-Ali Mukhni yang telah mengantongi dukungan dari PDIP, bereaksi cukup keras, yakni mengembalikan SK dukungan tersebut. Seperti dilansir dari republika.co.id (5/9/2020), pasangan tersebut tidak jadi menerima dukungan dari partai penguasa nasional itu karena desakan masyarakat Sumbar baik di kampung halaman maupun di perantauan.
Perlu dimaklumi, PDIP sebelumnya ikut nebeng mengusung pasangan Mulyadi (kader Demokrat, anggota DPR RI) dan Ali Mukhni (kader PAN, Bupati Padang Pariaman).Â
Kenapa disebut nebeng? Karena sebetulnya dengan hanya mengandalkan Demokrat dan PAN yang masing-masing punya 10 kursi di DPRD Sumbar, pencalonan pasangan itu telah memenuhi syarat.
Tapi bila ada partai lain yang memberikan dukungan, meskipun hanya punya modal kursi yang kecil di DPRD, tentu diterima dengan senang hati. Maka bergabunglah PDIP. Tidak hanya PDIP, PKB yang juga hanya punya tiga kursi di DPRD Sumbar dan kosong kursi di DPR RI (persis sama dengan PDIP), juga mendukung Mulyadi-Ali Mukhni.
Namun pernyataan Puan menimbulkan drama yang memporakporandakan skenario yang telah dibangun rapi oleh pasangan Mulyadi-Ali Mukhni. Pertama, pasangan ini mengembalikan SK dukungan PDIP. Kedua, PKB mencabut kembali dukungannya pada Mulyadi-Ali Mukhni, karena menduga pasangan ini tidak lagi prospektif gara-gara pernyataan Puan yang mengkibatkan sebagian warga Sumbar antipati.
Meskipun demikian, dengan hanya Demokrat dan PAN sebagai pengusung, seperti yang telah disinggung di atas, pasangan ini tetap bisa melaju ke medan laga, 9 Desember mendatang. Hanya saja, pasangan yang  bertarung bertambah dari 3 pasang menjadi 4 pasang, setelah PKB membentuk poros baru bersama Golkar dan Nasdem.
Siapa yang diusung PKB? Inilah sosok yang tadinya mau maju dari jalur independen dengan membawa 336.657 KTP sebagai bukti dukungan masyarakat. Tapi setelah diverifikasi KPU, jumlah dukungan berkurang menjadi 306.661 KTP (liputan6.com, 4/9/2020), yang masih di bawah batas minimal.
Pasangan dimaksud adalah Fakhrizal yang mantan Kapolda Sumbar dan Genius Umar, Wali Kota Pariaman. Khusus tentang Fakhrizal, sejak awal tahun ini, wajahnya sudah banyak menghiasi titik-titik strategis sepanjang jalan utama yang menghubungkan berbagai kota di Sumbar.Â
Tentu hal ini mendongkrak popularitasnya, walaupun setelah itu dimutasi ke Mabes Polri agar tidak memanfaatkan jabatannya untuk tujuan politik praktis.
Jalan Fakhrizal sungguh berliku dan nyaris tidak bisa ikut bertarung di pilgub Sumbar. Setelah gagal dari jalur independen, hanya ada dua partai yang mau mengusung, Golkar dan Nasdem, masing-masing punya 8 kursi dan 3 kursi di DPRD Sumbar, masih kurang 2 kursi lagi.
Nah, tak disangka, tak dinyana, blunder Puan jadi blessing in disguise bagi Fakhrizal. PKB dengan 3 kursi telah cukup sebagai penambal kursi yang kurang. Jadi, meskipun banyak warga Sumbar yang menyatakan ketidaksetujuannya dengan pernyataan Puan, pasangan Fakhrisal-Genius harus berterima kasih pada putri kesayangan Megawati Soekarnoputri itu.
Bagi masyarakat Sumbar pun ada hikmahnya. Dengan makin banyaknya pilihan, logikanya akan semakin menguntungkan, karena akan terlihat pasangan mana yang lebih berkualitas. Bayangkan kalau hanya ada dua pilihan, atau apalagi kalau hanya ada calon tunggal versus kotak kosong, diragukan akan memunculkan pemimpin terbaik.
Biar lengkap, perlu diungkapkan bahwa selain Mulyadi-Ali Mukhni dan Fakhrizal-Genius Umar, dua pasangan lainnya adalah calon yang masing-masing diusung oleh dua partai terkuat di Sumbar, yakni Gerindra dan PKS. Gerindra mengusung Nasrul Abit (wagub saat ini) dan Indra Catri (Bupati Agam), sedangkan PKS menggandeng PPP dengan mengusung Mahyeldi Ansharullah (Wali Kota Padang) dan  Audy Joinaldy (pengusaha, kader PPP).
Semoga pilkada mendatang, tidak saja di Sumbar, tapi di semua daerah yang ikut pilkada serentak, dapat berjalan lancar dan fair, serta tidak menjadi klaster penularan baru Covid-19.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H