Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ulang Tahun 3 Stasiun TV, Mampukah Bersaing Melawan Streaming Video?

24 Agustus 2020   17:26 Diperbarui: 24 Agustus 2020   21:01 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menonton televisi| Sumber: Shutterstock

Hari ini, Senin 24 Agustus 2020, merupakan hari bersejarah buat media pertelevisian di negara kita, karena 3  stasiun televisi nasional berulang tahun, yakni TVRI, RCTI dan SCTV. TVRI berulang tahun yang ke-58, RCTI yang ke-31, dan SCTV yang ke-30.

Entah kenapa, dua stasiun televisi yang menjadi pionir televisi swasta di tanah air, memilih tanggal peresmian yang mengikuti tanggal kelahiran TVRI. Memang beda usia TVRI dengan televisi swasta terlalu jauh, dalam arti TVRI memiliki kemewahan selama 27 tahun sebagai satu-satunya stasiun televisi yang boleh beroperasi.

Namun demikian, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya pemerintah membolehkan beroperasinya televisi swasta. Tentu ini menjadi lahan bisnis baru, karena televisi swasta jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Berbeda dengan TVRI yang selama era orde baru lebih banyak menjadi corong pemerintah.

Bisa jadi karena permintaan dari pemerintah sebagai pihak yang memberi izin, RCTI dan SCTV diresmikan pendiriannya masing-masing pada tanggal 24 Agustus 1989 dan 24 Agustus 1990, mengikuti jejak TVRI yang diresmikan pada 24 Agustus 1962. 

Setelah itu bermunculan banyak stasiun televisi, baik dalam skala nasional, maupun lokal, dan boleh saja memilih tanggal pendirian yang berbeda dengan stasiun televisi yang lebih dahulu ada.

TVRI sendiri, setelah kehadiran televisi swasta, mengalami kesulitan untuk mampu bersaing. Untungnya, dengan status sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP), TVRI terbebas dari misi untuk memperoleh keuntungan dan anggarannya berasal dari pemerintah. Tapi menjadi mubazir bila tayangan TVRI tidak banyak dilirik publik.

Adapun RCTI dan SCTV, dalam peta bisnis pertelevisian nasional, konsisten berada di papan atas. Kedua stasiun televisi ini mempunyai sejumlah program unggulan yang mendapat rating tinggi. 

RCTI banyak menayangkan variety show, sedangkan SCTV dengan tayangan sinetron. Tak heran kalau tayangan RCTI dan SCTV sering disisipi oleh iklan yang relatif banyak.

Manajemen TVRI bukan tidak berusaha bangkit. Sempat pada era Helmy Yahya menjadi direktur utama sejak 2017 lalu, TVRI kembali mendapat tempat di hati masyarakat, terutama penggemar sepak bola, karena menayangkan Liga Inggris.

Sayangnya, terjadi kekisruhan antara Helmy dengan Dewan Pengawas TVRI yang berbuntut dengan pemecatan Helmy pada awal tahun ini. Sekarang TVRI dinakhodai oleh Iman Brotoseno yang mencoba menambah jumlah penonton dengan memperbanyak acara musik pada jam tayang utama di malam hari.

TVRI tidak perlu terpengaruh dengan hasil rating, karena rating itu sendiri tidak bisa merepresentasikan kegemaran masyarakat secara nasional, hanya diukur di 12 kota besar. Padahal kekuatan TVRI yang punya pemancar di semua provinsi, terletak pada acara yang bersifat lokal, termasuk liputan seni, budaya, dan wisata di berbagai daerah.

dok. kolomgadget.com
dok. kolomgadget.com
Hanya saja, mungkin karena keterbatasan anggaran, sering sekali TVRI mengulang-ulang program yang telah pernah ditayangkan. Hal ini tentu membosankan bagi yang pernah menontonnya.

Menarik pula mengamati bahwa bisnis pertelevisian sebetulnya telah melewati era keemasannya. Jadi, televisi swasta pun, termasuk RCTI dan SCTV, lagi ketar ketir juga karena ditinggalkan oleh pemirsa berusia muda. Padahal stasiun televisi membutuhkan investasi dan biaya operasional yang relatif besar.

Soalnya, para remaja dan anak muda sekarang lebih tertarik menonton streaming video dari beberapa aplikasi yang tersedia, asal memiliki jaringan internet. Mau menikmati penampilan dari musisi favorit atau menikmati film-film yang selama ini diputar di bioskop, sekarang tinggal klik saja.

Bahkan untuk mengikuti ceramah agama pun tak perlu harus nongkrong di depan televisi setiap subuh. Banyak ustad yang melambung namanya karena ceramahnya yang ada di media sosial, ditonton oleh jutaan orang

Strategi apa yang akan dimainkan ketiga stasiun televisi yang hari ini berulang tahun tersebut, agar mampu bertahan di tengah gempuran streaming video? Tentu dibutuhkan kreativitas yang bersifat terobosan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun