Dalam hubungan dengan Sang Pencipta, tolok ukurnya adalah kualitas dan kuantitas ibadah kita. Dalam kaitannya dengan orang lain, tolok ukurnya adalah seberapa besar manfaat yang kita berikan pada orang lain.Â
Sedangkan dalam kaitannya dengan lingkungan, sejauh mana kontribusi kita pada pelestarian sumber air, menjaga udara yang kita hirup bebas dari polusi, dan sebagainya. Perilaku kita terhadap sampah, membuangnya sembarangan atau tidak, termasuk pula dalam hal ini.
Saya ingin mengelaborasi secara khusus tentang hubungan sesama manusia. Apalagi sekarang pandemi masih merajalela di negeri kita, tanpa kejelasan kapan bisa diatasi. Maka kesadaran semua kita untuk menjaga diri sendiri, keluarga kita, dan orang lain yang berinteraksi dengan kita, sungguh sangat penting.
Rumusnya begitu sederhana dan semua kita pasti bisa melakukan, yakni 3M. Mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dan menjaga jarak dengan orang lain. Cukup itu saja kita lakukan secara berdisiplin, akan mempercepat keberhasilan upaya pengendalian Covid-19.Â
Tentu akan lebih baik lagi bila kita juga menunjukkan solidaritas yang tinggi kepada warga yang hidupnya berkekurangan karena dampak pandemi ini. Membagikan makanan, membagikan masker, berbelanja di warung kecil, menyediakan halaman rumah kita yang berlangganan wifi untuk anak sekolah yang tak punya paket internet, adalah sebagian contoh solidaritas dimaksud.
Kalaupun kita tak punya sesuatu untuk disumbangkan, minimal kita memberikan perhatian, jangan mengucilkan atau memusuhi orang lain yang terpapar virus korona. Jangan pula menyebarkan berita yang diragukan kebenarannya di media sosial.
Kembali ke masalah perbaikan berkelanjutan, kebetulan saya punya latar belakang pendidikan di bidang akuntansi. Saya juga lama berkarier di sebuah BUMN dan ditempatkan di divisi akuntansi di kantor pusatnya. Saya lumayan akrab dengan proses penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Ada yang disebut dengan "neraca" yang terdiri dari daftar harta, daftar utang dan daftar modal dari sebuah perusahan. Harta adalah yang dilaporkan di sisi kiri neraca, sedangkan utang dan modal berada di sisi kanan. Jumlah sisi kiri dan sisi kanan harus sama, bila tidak, berarti ada kesalahan dalam proses penyusunan neracanya.
Jika pada akhir tahun ini, sebuah perusahaan mempunyai harta yang meningkat dibandingkan kondisi akhir tahun lalu, dan peningkatan tersebut berasal dari peningkatan modal, bukan dari peningkatan utang, maka perusahaan tersebut mengalami kemajuan. Artinya, tahun ini lebih baik dari tahun lalu.Â
Perlu diketahui, peningkatan modal akan terjadi bila perusahaan memperoleh keuntungan selama tahun yang dilaporkan. Sebaliknya, bila perusahaan mengalami kerugian, akan menggerogoti modal.
Nah, sebagai bahan renungan dalam menyambut TBI, ada baiknya masing-masing kita menyusun neraca pribadi. Maksudnya bukan neraca yang berisikan berapa harta dan utang kita. Yang disusun adalah neraca amal ibadah kita, apakah meningkat, sama saja, atau menurun, dibandingkan kondisi tahun sebelumnya?