Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Subsidi Pulsa Bakal Dikucurkan, Bagaimana dengan Satelit Pendidikan?

18 Agustus 2020   08:00 Diperbarui: 18 Agustus 2020   08:00 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Subsidi pulsa merupakan kebijakan pemerintah yang akan diberikan pada para pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen, dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). 

Seperti diketahui, berlarut-larutnya pandemi Covid-19 bergentayangan di negara kita, tanpa bisa diprediksi kapan akan berakhir, menjadikan PJJ sebagai pilihan terbaik agar aktivitas pendidikan tetap berlangsung.

Hingga saat ini, kalau dilacak ke berbagai berita di media daring, belum begitu jelas bagaimana mekanisme pemberian subsidi pulsa tersebut. Hanya disebutkan bahwa rencana pemberian pulsa tengah digodok bersama oleh beberapa kementerian, yakni Kementerian Keuangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Pada umumnya, masyarakat menyambut gembira rencana pemberian subsidi pulsa tersebut. Namun demikian, tak urung bergema juga sejumlah kritik. Soalnya, tidak sedikit para pelajar yang tak punya gawai. Apa perlunya pulsa bila gawai tak ada? Ada lagi keluhan tentang beberapa daerah di pelosok yang belum terjangkau internet.

Dilansir dari mediaindonesia.com (22/6/2020), koneksi internet di 12.548 desa di seluruh Indonesia belum bisa diakses dengan baik. Hal ini berdasarkan data dari Kementerian Kominikasi dan Informatika. Bisa jadi desa-desa tersebut dinilai oleh perusahaan internet provider belum menguntungkan secara komersial.

Akibatnya tentu saja di desa-desa tersebut PJJ tidak bisa berjalan sesuai harapan. Maka di desa-desa yang kondisinya seperti itu, jika PJJ akan menjadi satu-satunya pilihan, mau tak mau pemerintah perlu memasang jaringan internet.

Dalam kaitannya dengan itulah, pengadaan satelit untuk "menyapu" semua daerah agar bisa mengakses internet, menjadi penting. Seperti diketahui, sinyal internet bisa didapat melalui kabel atau melalui satelit. Internet kabel beroperasi menggunakan modem dan kabelnya disediakan oleh provider.

Sedangkan internet satelit perlu mengirimkan sinyal ke satelit yang mengorbit di atas bumi, yang kemudian ditransmisikan ke  antena VSAT yang telah dipasang di rumah atau di titik tertentu. 

Bagi daerah yang infrastukturnya bagus, internet kabel bisa menjadi pilihan. Namun bila infrastruktur internetnya belum bagus seperti di 12.000-an desa di atas, maka internet satelit menjadi pilihan yang lebih baik.

Masalahnya tentu saja pada harga satelit yang sangat mahal. Tapi bagi pemerintah, karena sudah terbetik berita adanya rencana untuk peluncuran satelit khusus untuk pendidikan (pustakajc.co, 30/7/2020), tinggal mempercepat pengadaannya saja, meskipun disadari hal itu tidak gampang.

Menurut Bambang Brodjonegoro yang menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi sekaligus sebagai Kepala Badan Riset Nasional, satelit itu diyakini bakal menyentuh daerah yang saat ini belum mendapat akses internet.

Menarik pula mengamati pengalaman Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang hingga saat ini tercatat sebagai satu-satunya bank yang mempunyai satelit sendiri di dunia. Banyak pihak yang awalnya belum memahami, kenapa sebuah bank kok membeli satelit, kenapa tidak menyewa saja dari perusahaan telekomunikasi yang punya satelit seperti Telkom?

Ternyata pihak BRI sudah melakukan pengkajian yang mendalam dan hasilnya dalam jangka panjang akan jauh lebih efisien bila BRI memiliki satelit sendiri. 

Perlu dicatat, BRI adalah satu-satunya bank yang beroperasi sampai level kecamatan di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dengan jaringan kantor lebih dari 10.000 unit kerja. Bahkan BRI punya bank terapung yang beroperasi di atas kapal yang berlayar dari pulau ke pulau.

Maka bila ada seorang nasabah di Waikabubak yang berada di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, mengirim uang ke rekan bisnisnya yang tinggal di Wamena, pedalaman Papua, akan bisa berlangsung secara real time online. Demikian pula dari Tahuna, sebuah kota di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara ke Putussibau di pedalaman Kalimantan Barat, akan berlangsung secara lancar jaya.

Perlu pula dipahami, secara geografi, Indonesia itu negara yang unik, karena satu-satunya negara di dunia yang sangat luas yang terdiri dari banyak sekali  pulau. 

Hanya Filipina yang agak mirip, tapi dengan luas yang jauh lebih kecil dari Indonesia. Banyak negara yang lebih luas seperti Rusia dan China, tapi boleh dikatakan sebagai negara daratan, bukan kepulauan.

Untuk negara dengan kondisi geografis seperti Indonesia, satelit menjadi hal yang mutlak untuk kelancaran berbagai hal, tidak saja transaksi perbankan, tapi juga untuk kegiatan pendidikan. Kembali ke masalah satelit pendidikan yang dinamakan Satelit Satria itu, menurut bisnis.com (3/5/2019),ternyata merupakat satelit multifungsi, tidak hanya untuk bidang pendidikan.

Khusus untuk bidang pendidikan, satelit tersebut mendukung penyediaan internet cepat di 93.400 titik SD, SMP, SMA, SMK, madrasah dan pesantren. Dengan terjadinya bencana pandemi Covid-19, terasa sekali betapa strategisnya arti sebuah satelit bagi kelancaran pendidikan, selain perlunya subsidi pulsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun