Justru area perkantoran tidak kalah rawan dengan pasar, karena dari data di atas, aktivitas perdagangan "hanya" memakan korban 611 0rang, jauh di bawah gabungan para karyawan dan pegawai negeri. Padahal, persepsi masyarakat, kantor relatif lebih tertib dalam menerapkan protokol kesehatan.
Adapun tenang tenaga medis, dari awal Covid-19 masuk negara kita, profesi ini sudah dibilang rawan. Makanya banyak sekali kita temui ucapan yang bernada memberikan apresiasi dan semangat, baik di media massa, maupun media sosial, yang ditujukan bagi tenaga medis. Karena dedikasi dan tanggung jawabnya, mereka harus berada di garis depan dalam merawat pasien Covid-19.
Mengingat DKI Jakarta hingga hari ini berada di posisi teratas dilihat dari jumlah pasien positif Covid-19 (pernah diambil alih Jawa Timur selama beberapa hari), maka gambaran di Jakarta mungkin bisa menjadi acuan bagi provinsi lain.
Berdasarkan data yang terdapat pada laman resmi Pemprov DKI Jakarta (jakarta.go.id), hingga 14 Agustus 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Jakarta sebanyak 28.438 orang. Salah satu keberhasilan Jakarta di banding rata-rata nasional adalah persentase pasien meninggal yang jauh lebih rendah, yakni 3,5 persen (data nasional 4,7 persen).
Namun yang mengkhawatirkan, setiap harinya di Jakarta ditemukan 400-an hingga 600-an pasien positif baru. Ini yang membuat posisi Jakarta kembali mengkudeta Jawa Timur dalam klasemen statistik Covid-19.
Alasan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, hal itu sebagai hasil dari sistem jemput bola yang dilakukan petugas terkait dengan menyasar warga yang rawan terpapar virus untuk dilakukan tes. Soal memberikan penjelasan, Anies memang jago.
Apapun juga, kita berharap badai corona segera berlalu di negara kita tercinta ini. Kuncinya hanya satu, semua warga harus disiplin mematuhi protokol kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H