Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang diolah oleh Litbang Kompas, harian Kompas (14/8/2020) menyajikan hal yang menarik. Dilihat dari jenis pekerjaan, pasien positif Covid-19 di Jakarta, ternyata didomimasi oleh kelompok yang belum atau tidak bekerja, yang dalam istilah sehari-hari disebut dengan pengangguran.
Hingga tanggal 5 Agustus 2020 lalu, di Jakarta tercatat 1.446 orang penganguran yang terpapar virus corona. Kemudian diikuti oleh kelompok pelajar dan mahasiswa sebanyak 1.302 orang. Tenaga kesehatan juga menjadi kelompok yang sangat rentan, dengan "menyumbang" 928 orang.
Berikutnya adalah karyawan swasta 696 orang, perdagangan 611 orang, pegawai negeri sipil 416 orang, pekerja migran 354 orang, anak buah kapal (ABK) 184 orang, lain-lain 92 orang, karyawan BUMN 84 orang, wiraswasta 63 orang, petugas kebersihan 48 orang, TNI/Polri 43 orang, karyawan BUMD 39 orang, pengemudi/ojek 31 orang, pemuka agama 19 orang, petugas satpam 16 orang, buruh 14 orang, pembantu rumah tangga 13 orang, dosen/guru 12 orang, dan narapidana 5 orang.
Dari data di atas, terlihat bahwa hampir semua profesi telah terwakili. Mungkin yang belum terbaca, dan bisa jadi masuk ke kelompok lain-lain adalah petani dan nelayan. Secara statistik, tidak banyak di ibu kota yang berprofesi sebagai petani, namun bukan tidak ada. Kalau nelayan, warga DKI Jakarta yang berdomisili di Kepulauan Seribu, lumayan banyak.
Profesi wiraswasta juga terlalu luas pengertiannya. Berbagai penyedia jasa seperti tukang pangkas, tukang pijat, sampai yang citranya lebih terhormat seperti akuntan publik, notaris, pengacara, bisa jadi masuk kelompok wiraswasta ini.
Jelaslah, virus corona betul-betul tidak memandang bulu. Pemuka agama, penarik ojek, hingga pejabat tinggi, tidak ada yang terlewati. Makanya kalau ada yang merasa kebal, itu namanya tidak tahu diri, Â dan sangat berisiko bila beraktivitas di luar rumah dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Anak muda biasanya merasa tubuhnya sehat. Mereka sangat energik dan cenderung lalai dalam melindungi diri saat berkumpul dengan teman-temannya. Mungkin karena itulah pelajar dan mahasiswa menjadi kelompok yang mendominasi pasien positif Covid-19. Maka dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran, metode jarak jauh dengan belajar secara online masih diperlukan.
Mereka yang menganggur pun diasumsikan banyak yang berusia muda, yakni mereka yang putus sekolah atau yang telah menamatkan pendidikan, baik hingga sekolah menengah maupun sudah bergelar sarjana, namun masih belum mendapatkan pekerjaan.Â
Jika kelompok yang menganggur ini terpapar virus, barangkali berkaitan dengan aktivitasnya dalam mencari pekerjaan. Bisa jadi pula mereka tidak sepenuhnya menganggur, tapi bekerja serabutan secara terputus-putus, yang sangat mengandalkan kegiatan di luar rumah.Â
Berdiam diri di rumah, ibarat mereka membiarkan diri kelaparan. Hal ini bisa teratasi bila misalnya bantuan sosial dari pemerintah atau pihak swasta dengan akurat bisa menyasar kelompok pengangguran ini.
Menarik pula mengamati, ternyata betul bahwa perkantoran sudah menjadi area yang rawan Covid-19. Coba saja lihat data di atas, kalau karyawan swasta digabung dengan pegawai negeri, karyawan BUMN dan BUMD, angkanya di atas 1.000 orang. Sangat besar, bukan? Itulah yang disebut dengan kluster perkantoran.