Sekarang, jalan tol dari Pekanbaru ke Dumai sudah tersambung dan telah beroperasi penuh. Jalan tol kebanggaan masyarakat Riau ini diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 25 September 2020 lalu.
Dengan demikian, waktu tempuh Pekanbaru-Dumai yang sebelumnya sekitar 4 hingga 5 jam, sekarang bisa ditempuh selama sekitar 2 jam saja, dengan panjang jalan tol 131,5 km. Padahal, kalau lewat jalan non tol, jaraknya sekitar 200 km.
Dumai merupakan kota penting karena di sana terdapat beberapa pelabuhan untuk mengapalkan minyak yang dikeruk di berbagai ladang minyak di Riau. Ada pelabuhan khusus milik Pertamina, ada juga milik Chevron, di samping pelabuhan untuk umum milik pemerintah melalui perusahaan negara Pelindo. Ada juga kapal feri dari Dumai ke Malaka, Malaysia, pulang pergi setiap hari (sebelum pandemi).Â
Tapi, jika kita dari Pekanbaru, sebelum sampai di Dumai, ada sebuah kota yang sama besar dan sama ramainya dengan Dumai, yakni kota Duri. Ironisnya, kota ini masih berstatus kota kecamatan yang masuk Kabupaten Bengkalis. Duri merupakan ibu kota Kecamatan Mandau.
Ibu Kota Kabupaten Bengkalis sendiri bukan berada di daratan pulau Sumatera, melainkan di sebuah pulau terpisah, yakni Pulau Bengkalis. Jadi, ada tiga nama Bengkalis, sebagai nama kabupaten, nama pulau, dan nama kota yang jadi ibu kota kabupaten. Namun, kota terbesar di Kabupaten Bengkalis, justru kota Duri.
Bayangkan, betapa tidak efisiennya bagi warga Duri kalau mengurus surat-surat ke ibu kota kabupaten, karena harus ke Dumai terlebih dahulu, kemudian naik kapal ke Kota Bengkalis. Makanya, sudah lama muncul aspirasi warga agar Duri menjadi kota otonom, pemekaran dari Kabupaten Bengkalis.
Masalahnya, hingga saat ini, ada moratorium pembentukan daerah otonom baru, baik untuk kabupaten, kota, maupun provinsi baru. Artinya, usulan pemekaran masih belum lagi dibolehkan pemerintah pusat melalui Kementerian Dalam Negeri.
Perlu diketahui, Dumai sendiri, sebelum tahun 1999 masih menjadi bagian dari Kabupaten Bengkalis yang kemudian melepaskan diri menjadi kota otonom. Nah, setelah Dumai lepas, ada kesan pada masyarakat Duri, bahwa Kabupaten Bengkalis masih belum rela melepas Duri. Ibaratnya Duri sekarang tersandera.
Perputaran uang di sini lumayan tinggi. Kawasan ini relatif kaya, apalagi bila memasuki kawasan perkantoran, perumahan dan fasilitas sekolah, rumah sakit, tempat berolahraga dan tempat ibadah milik Chevron yang bergaya mewah.
Hotel berbintang, mal, dan sejumlah fasilitas yang lazim ditemukan pada kota modern, terdapat juga di Duri. Hal ini didukung oleh daya beli warganya yang relatif tinggi, karena banyaknya karyawan perusaan minyak asing itu tadi, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Demikian juga karyawan perusahaan lain yang mendukung oprerasional Chevron.
Tak heran, "ada gula, ada semut", maka para perantau pun banyak mengadu nasib di Duri, pada umumnya berdagang. Kota ini punya banyak sekali ruko maupun kios-kios sederhana. Warga asli Duri adalah masyarakat Melayu yang banyak berkebun. Adapun para pendatang, rata-rata dari suku Minang, Batak, dan Jawa.Â
Dengan beroperasinya jalan tol Pekanbaru-Dumai, merupakan potensi bagi kota Duri untuk berkembang lebih pesat lagi. Sudah saatnya Duri mendapatkan status kota otonom, sekiranya moratorium pembentukan daerah otonom telah dicabut oleh Kemendagri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H