Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Droplet Bu Cukia dan Kiat Berbicara Tanpa Keluar Air Liur

1 Agustus 2020   19:00 Diperbarui: 1 Agustus 2020   19:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gara-gara pandemi Covid-19, saya jadi sering mendengar atau membaca istilah droplet. Jujur saja, istilah tersebut awalnya masih asing bagi saya. Tapi sekarang rasanya semua orang sudah tahu apa itu droplet. 

Tak ada salahnya saya kutipkan pengertian droplet yang saya ambil dari detik.com (13/7/2020). Droplet adalah cairan atau cipratan liur yang dikeluarkan seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, bahkan saat berbicara. 

Penularan virus corona, sesuai dengan penjelasan dari pihak yang berkompeten, salah satunya karena droplet yang berasal dari seseorang yang telah terpapar virus, dan mengenai orang lain. Karena itulah, kenapa memakai masker dan menjaga jarak dengan orang lain menjadi sangat penting dalam upaya mencegah pandemi Covid-19.

Ngomong-ngomong tentang droplet ini, ingatan saya melayang ke dekade 1970-an, ketika saya masih duduk di bangku SMP. Tepatnya di SMP Negeri 1 Payakumbuh, Sumatera Barat, kota kelahiran saya.

Ada seorang guru bahasa Inggris, yang sekarang saya sudah lupa namanya, tapi saya ingat dengan nama julukannya, yakni Bu Cukia. Julukan ini sudah disematkan sejak angkatan-angkatan sebelum saya. Konon hal itu karena sang guru sangat sering mengatakan "look here" di depan kelas.

Oleh para pelajar, kalimat itu terdengar seperti "cukia", sehingga akhirnya nama sang guru pun berubah menjadi Bu Cukia. Cukia sendiri dalam bahasa Minang artinya congkel. 

Bukan asal usul julukan itu yang ingin saya bahas. Masalahnya, saya yang duduk di barisan depan, sering kena "cukia" berupa droplet sang guru, tepatnya dari percikan air liurnya. Jadi, setiap beliau ngomong look here yang terdengar seperti cukia itu tadi, jika posisi beliau berdiri tidak jauh dari saya, alamat saya akan terkena cipratannya.

Tentu sangat tidak sopan kalau saya melakukan gerakan mengelak, misalnya dengan menggerakkan tubuh agar menjauh dari posisi si ibu guru. Akhirnya konsentrasi saya bukan kepada materi pelajaran, tapi bersiap-siap untuk kena hujan lokal.

Sebetulnya, seseorang yang saat berbicara tidak mampu mengontrol  sehingga tanpa sengaja mengeluarkan cipratan air liur, bukan hal yang aneh. Saya sendiri pernah beberapa kali melakukannya saat asyik berbicara dengan beberapa orang teman. Saya sadar saat melakukannya, tapi mungkin juga ada yang tidak saya sadari, dan teman-teman segan mengatakannya bahwa ia terkena cipratan.

Terhadap yang saya sadar telah melakukan kesalahan yang pasti sangat mengganggu teman itu, ada yang saya langsung minta maaf, dan pasti dibalas dengan perkataan "tidak apa-apa" oleh si teman. Padahal saya tahu pasti ada apa-apa, dan ia hanya basa-basi agar saya tidak malu.

Namun entah kenapa, pernah pula saya enggan minta maaf, dengan harapan si teman yang terkena ikhlas menerimanya atau syukur-syukur ia tidak sadar terkena droplet saya.

Tapi berdasarkan pengalaman saya, rasanya saya lebih sering menjadi korban droplet orang lain, ketimbang saya mengorbankan orang lain. Tidak saja dari Bu Cukia di atas, tapi juga dari teman-teman saya sendiri. Muka saya, tangan saya, beberapa kali jadi sasaran droplet. 

Mau saya hapus di depan teman, takut ia tersinggug. Adakalanya, beberapa menit setelah itu, saya pura-pura mau buang air ke toilet, padahal mencari tisu untuk membersihkannya.

O ya, tentang kecipratan air liur ini, sering jadi materi lawakan komedian Tukul Arwana, yang kebetulan punya struktur gigi yang agak "maju" (mohon maaf Mas Tukul). Apakah struktur gigi berpengaruh terhadap droplet saat berbicara, belum didapat referensi yang  akurat.

Untung saja sekarang ada kewajiban menggunakan masker, bagi orang yang mau beraktivitas di luar rumah. Paling tidak, saya terbebas, baik sebagai korban droplet orang lain, maupun sebagai pelaku yang membuat orang lain terkena droplet saya.

Sekadar berjaga-jaga, mana tahu tidak lama lagi kewajiban memakai masker sudah dicabut karena Covid-19 yang telah terkendali, perlu pula kiranya mengetahui kiat berbicara tanpa mengelurkan air liur.

Dari beberapa referensi yang saya baca, dan menurut saya ada logikanya, cara-cara berikut ini bisa dilakukan sebagai kiat. Pertama, sering berlatih berbicara di depan kaca, untuk mengetahui mengapa anda mengeluarkan air liur saat berbicara. 

Kedua, menelan ludah sebelum berbicara, agar ketika berbicara mulut anda dalam kondisi kering. Ketiga, jangan berbicara terlalu cepat. Berbicara terlalu cepat akan meningkatkan produksi air liur.

Demikian saja, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun