Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Droplet Bu Cukia dan Kiat Berbicara Tanpa Keluar Air Liur

1 Agustus 2020   19:00 Diperbarui: 1 Agustus 2020   19:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi berdasarkan pengalaman saya, rasanya saya lebih sering menjadi korban droplet orang lain, ketimbang saya mengorbankan orang lain. Tidak saja dari Bu Cukia di atas, tapi juga dari teman-teman saya sendiri. Muka saya, tangan saya, beberapa kali jadi sasaran droplet. 

Mau saya hapus di depan teman, takut ia tersinggug. Adakalanya, beberapa menit setelah itu, saya pura-pura mau buang air ke toilet, padahal mencari tisu untuk membersihkannya.

O ya, tentang kecipratan air liur ini, sering jadi materi lawakan komedian Tukul Arwana, yang kebetulan punya struktur gigi yang agak "maju" (mohon maaf Mas Tukul). Apakah struktur gigi berpengaruh terhadap droplet saat berbicara, belum didapat referensi yang  akurat.

Untung saja sekarang ada kewajiban menggunakan masker, bagi orang yang mau beraktivitas di luar rumah. Paling tidak, saya terbebas, baik sebagai korban droplet orang lain, maupun sebagai pelaku yang membuat orang lain terkena droplet saya.

Sekadar berjaga-jaga, mana tahu tidak lama lagi kewajiban memakai masker sudah dicabut karena Covid-19 yang telah terkendali, perlu pula kiranya mengetahui kiat berbicara tanpa mengelurkan air liur.

Dari beberapa referensi yang saya baca, dan menurut saya ada logikanya, cara-cara berikut ini bisa dilakukan sebagai kiat. Pertama, sering berlatih berbicara di depan kaca, untuk mengetahui mengapa anda mengeluarkan air liur saat berbicara. 

Kedua, menelan ludah sebelum berbicara, agar ketika berbicara mulut anda dalam kondisi kering. Ketiga, jangan berbicara terlalu cepat. Berbicara terlalu cepat akan meningkatkan produksi air liur.

Demikian saja, semoga bermanfaat.

dok. kumparan.com
dok. kumparan.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun