Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Janda dan Duda, yang Menikah Lagi dan yang Tetap Sendiri

23 Agustus 2020   09:31 Diperbarui: 9 Juni 2021   08:34 4027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, sekarang tentang janda yang tidak mempunya pekerjaan alias ibu rumah tangga, dan juga tidak banyak mendapat warisan dari almarhum suaminya. Bagi yang selama ini dimanjakan suami, suka dandan, dan pintar dalam merawat diri yang ditandai dengan bodi yang masih proporsional, cenderung ingin menikah lagi dengan lelaki yang punya penghasilan lumayan.

Status janda bagi seorang yang masih mempunyai penampilan menarik, mungkin terasa kurang nyaman. Kalaupun pada awalnya tidak ada niat menikah, namun karena banyak lelaki yang tertarik, membuat si janda mau tak mau ingin dapat pendamping agar tidak ada lagi lelaki yang mengganggu. Tentu saja pendamping yang dicari adalah seorang duda atau bujangan.

Tapi ada pula contoh lain, sebut saja Z, janda yang ditinggal mati suaminya saat ia berusia 50 tahun. Mungkin karena terdesak kebutuhan ekonomi atau karena pertimbangan lain, ia mau menjadi istri kedua dari seorang pejabat yang tinggal di kota lain, bahkan berbeda pulau. Ia menikah secara siri.

Bukan saya menghakimi, Z ini memang tidak terlalu baik moralnya. Ada dugaan Z hanya mengincar uang suami barunya dan sesekali saja datang ke kota tempat suaminya bertugas. Si suami pun sesekali pula datang ke kota tempat tinggal Z. Gosipnya Z sendiri punya pacar lain yang jauh lebih muda.

Baca juga: Salah Kaprah Duda/Janda Lebih Berpengalaman

Menikah siri tidak bisa dianggap hanya dipilih oleh mereka yang moralnya diragukan. Ada seorang janda yang menerima pensiun bulanan karena almarhum suaminya seorang pejabat level menengah di sebuah pemprov di Sumatera, memilih nikah siri dengan seorang duda yang pensiunan sebuah BUMN papan atas. Hingga kini mereka telah menikah 7 tahun dan terlihat sangat rukun.

Kenapa harus nikah siri, padahal tidak ada halangan buat menikah resmi? Tujuannya agar uang pensiun bulanan atas nama almarhum suaminya masih tetap mengalir. Ketentuannya, pensiunan janda akan diputus, bila si janda menikah lagi sesuai dokumen yang tercatat pada instansi terkait.

Janda yang menikah karena faktor ekonomi, jika kurang teliti bisa tertipu. Seperti kisah Y, setahun setelah kematian suaminya, menikah siri dengan seorang lelaki yang mengaku duda dan berprofesi sebagai pengusaha. Tahu apa yang terjadi setelah itu? Pernikahan kedua Y hanya bertahan 8 bulan saja.

Apa pasal perceraiannya? Ternyata niat ekonomi terlalu merasuki keduanya, dan akhirnya sama-sama tertipu. Si lelaki yang mengaku duda ini ternyata mengincar harta peninggalan almarhum suami Y. Memang tanah almarhum suaminya lumayan luas, namun terpaksa dijual Y untuk melunasi utang almarhum. 

Sementara si duda yang katanya pengusaha sukses itu, ternyata bekerja secara serabutan saja. Tentu Y kewalahan memenuhi permintaan suaminya yang ingin dibekali uang setiap mau pergi ke suatu tempat.

Pengamatan saya berikutnya, seorang janda yang usianya sudah di atas 60 tahun, meskipun tidak punya penghasilan sendiri, cenderung tidak punya keinginan  menikah lagi. Tentu saja bila anak-anaknya juga hidup pas-pasan, akan menyulitkan si janda untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Inilah yang dimaksudkan oleh "dai sejuta umat" alm. KH Zainuddin MZ, agar masyarakat menyantuni janda-janda miskin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun