Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Matematika Politik, Calon Tunggal, Kemubaziran Pesta Demokrasi, dan Kualitas Pemimpin

30 Juli 2020   00:07 Diperbarui: 31 Juli 2020   10:02 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Akhirnya, bila calon tunggal yang tampil, iklim persaingan politiknya kurang kondusif untuk munculnya pemimpin yang berkualitas, Masyarakat seolah di-fait accompli untuk memilih si calon tunggal. Perdebatan tentang program pembangunan yang ditawarkan bagi masyarakat pun berkemungkinan tidak berhasil menggali ide-ide baru yang bersifat terobosan.

Sebetulnya, tujuan pelaksanan pilkada secara demokratis di mana masyarakat secara langsung memilih pemimpinnya, jelas agar mampu mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Tujuan yang baik itu adakalanya berbenturan dengan matematika politik para politisi.

Bagaimanapun, bola ada di tangan rakyat, sang pemilik kedaulatan. Rakyat harus cermat menimbang-nimbang calon yang akan dipilihnya. Jika hanya satu calon, dan calon itu belum memenuhi harapan rakyat, jangan ragu untuk memilih kotak kosong.

Kemenangan kotak kosong pernah terjadi pada pemilihan wali kota di Makassar, Sulawesi Selatan, dua tahun lalu. Siapa tahu, pada pilkada serentak Desember 2020 mendatang, sejarah Makassar akan terulang di daerah lain?

Jika kotak kosong yang menang, apa boleh buat, memang akan terjadi seperti yang telah disinggung di atas, yakni kemubaziran pesta demokrasi. Soalnya, pilkada harus digelar lagi, dengan memakan anggaran yang tidak sedikit. 

Untuk sementara, jabatan yang diperebutkan akan diduduki oleh seorang plt (pelaksana tugas) yang ditunjuk oleh Kementerian Dalam Negeri. Tentu saja suatu daerah yang dipimpin oleh seorang plt, akan mengalami kesulitan dalam menyusun program pembangunan dan mengkoordinir pelaksanaannya..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun