Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nasabah Antre Ambil Uang, Bagaimana Prospek Bank Bukopin?

2 Juli 2020   06:19 Diperbarui: 2 Juli 2020   20:30 1812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka yang paling memungkinkan adalah bank yang di-rush meminjam uang ke bank lain, bila tidak mendapat kucuran bantuan likuiditas dari pemerintah atau dari Bank Indonesia (BI). Masalahnya, jika publik mengetahui ada bank yang meminjamkan dana dalam jumlah besar ke Bukopin, jangan-jangan gantian bank yang membantu itu menjadi sasaran rush nasabahnya pula.

Jadi, sangat penting dihindari rush yang menular ke bank lain, yang disebut juga dengan domino effect, karena bisa menggoyahkan perekonomian nasional karena berbuntut dengan terjadinya krisis moneter.

Bank Bukopin Jalan MT Haryono Jakarta, Selasa 30/6/2020 (dok. Kontan/Fransiskus Simbolon)
Bank Bukopin Jalan MT Haryono Jakarta, Selasa 30/6/2020 (dok. Kontan/Fransiskus Simbolon)
Sebetulnya masyarakat, khususnya nasabah Bukopin, dapat ditenangkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Bukankah karena belajar dari krisis moneter 1998, akhirnya berdirilah LPS untuk menjamin simpanan masyarakat di bank-bank peserta penjaminan? Bukopin adalah salah satu peserta LPS.

Tentu saja yang dijamin LPS adalah simpanan yang memenuhi persyaratan, yakni per individu tidak lebih nilainya dari Rp 2 miliar, suku bunga simpanan yang diterima nasabah tidak lebih besar dari maksimal suku bunga penjaminan LPS, dan simpanan tersebut tercatat pada pembukuan bank.

Sayangnya, belum begitu terberitakan apa upaya LPS untuk meredam kepanikan nasabah Bukopin. Bisa jadi karena LPS sangat yakin Bukopin akan diselamatkan, karena ada saham pemerintah sebesar 8,917 persen dan karenanya di bank tersebut ada komisaris yang mewakili pemerintah.

Lagi pula sekarang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas bank-bank telah menugaskan Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk memberikan bantuan teknis, terutama dalam mengatasi kesulitan likuiditas yang terjadi di Bukopin.  

Jadi sebetulnya prospek bank ini relatif masih cukup baik. Tapi cita-cita awal dari para pendirinya di tahun 1970 dulu memang telah melenceng jauh. Ketika itu Bukopin adalah singkatan dari Bank Umum Koperasi Indonesia, dan didirikan oleh beberapa induk koperasi.

Sekarang Bukopin hanya sekadar nama, bukan singkatan, dan juga tak ada kaitan dengan perkoperasian. Pemegang saham pengendalinya adalah Bosowa Corporindo yang menguasai sekitar 23,395 persen saham. Lalu diikuti oleh Bank asal Korea Selatan, Kookmin Bank, dengan 21,996 persen.

Sebagai bank yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Bukopin sebesar 45,692 persen dimiliki oleh masyarakat secara individual. Tak begitu jelas apakah di antara para pemegang saham publik ini, ada yang punya saham dalam jumlah besar sehingga punya power dalam pengambilan keputusan.

Daftar komposisi pemegang saham Bukopin di atas bersumber dari data BEI yang dilihat Minggu (17/5/2020) dan dimuat oleh situs berita bisnis.com (18/5/2020).

Berita yang santer mengemuka saat ini, Kookmin ingin menyuntikkan modal yang lebih besar ke Bukopin. Tapi bila Bosowa tidak ikut menyuntikkan tambahan modal, maka persentase kepemilikan Bosowa akan terdilusi, sehingga nakhoda Bukopin akan beralih ke bank asal negeri ginseng itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun