Pertanyaannya kembali lagi, investasi yang dirangsang pemerintah di atas terancam mubazir bila tidak ditopang oleh sisi konsumsi berupa peningkatan daya beli masyarakat. Produksi yang tidak terserap malah akan memperbesar kerugian.
Jadi, menyikapi mulai macetnya kembali jalanan di ibu kota, pertanda masa transisi yang tengah berjalan dimaknai oleh masyarakat untuk bebas beraktivitas di luar rumah, perlu dicamkan bukan berarti tidak memprioritaskan kesehatan. Kesehatan tetaplah menjadi nomor satu, dengan mematuhi protokol kesehatan.
Kemudian, program bansos tetap harus berlanjut, justru perlu diperbaiki lagi, agar memiliki data yang lebih valid, sehingga yang menerima bansos betul-betul yang layak mendapatkannya. Jangan lagi mereka yang sangat layak dibantu, tidak mendapat apa-apa, tapi ada warga yang berpunya, malah dapat bansos.
Penting pula kiranya menggugah kesadaran masyarakat secara terus menerus dengan memanfaatkan semua jenis dan teknik komunikasi. Tidak harus bersifat searah dari pemerintah ke masyarakat, namun akan lebih efektif bila didukung pula oleh komunikasi antar warga itu sendiri, agar terkesan ini bukan untuk kepentingan pemerintah, melainkan demi kita semua.
Bahwa kelonggaran yang sekarang terjadi dalam beraktivitas, jangan disambut masyarakat dengan euforia. Jangan seperti melepaskan dendam setelah beberapa bulan terkurung.
Seperti disinggung di atas, mengharapkan adanya pengawasan dari pihak kepolisian, Satpol PP, atau aparat lainnya, tidak akan pernah cukup. Tapi bila semua warga berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, contohnya selalu menggunakan masker dan menjaga jarak dengan orang lain, maka kita optimis badai Covid-19 ini akan segera berlalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H