Situs berita daring tersebut menulis berdasarkan publikasi statistik utang luar negeri Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia per Desember 2019. Ketika itu utang Indonesia tercatat sebesar US$ 404,8 miliar atau setara sekitar Rp 5.600 triliun dengan kurs Rp 14.000 per US$ 1.
Dari jumlah tersebut, sekitar 50,18 persen merupakan utang pemerintah dan bank sentral. Porsi terbesar dari utang pemerintah (71,69 persen) didapatkan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), baik yang dijual di level domestik maupun internasional.
Sumber utang luar negeri pemerintah berikutnya adalah dari lembaga keuangan dunia, World Bank, yang mencakup 15 persen dari utang pemerintah. Sisanya atau 13,31 persen, baru merupakan utang dari negara-negara kreditur. Itupun bukan China yang terbesar.
Adalah Jepang sebagai negara kreditur yang paling utama yang memberi pinjaman sebesar US$ 12,08 miliar. Berikutnya adalah Jerman (US$ 2,7 miliar), Perancis (US$ 2,4 miliar), baru kemudian China sebesar US$1,7 miliar.
Dari data di atas, boleh ditafsirkan bahwa jumlah utang Indonesia ke China relatif tidak terlalu besar, hanya sekitar 14 persen dari jumlah utang Indonesia ke Jepang. Tapi sebagai isu politik, utang ke China lebih sering menjadi sasaran kritik dari para politisi yang bukan berasal dari partai pendukung pemerintah.
Pernyataan Mahathir mungkin tidak ditujukan buat Indonesia. Tapi perlu sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan, baik pemerintah maupun parlemen, dalam merancang pembangunan masa mendatang.
Di atas telah disinggung bahwa Mahathir akhirnya memilih berutang ke Jepang untuk melunasi utang Malaysia ke China, yang disebutnya sebagai gali lubang tutup lubang. Indonesia justru dari awal memang memilih Jepang sebagai tempat berutang yang lebih dominan ketimbang China.Â
Jadi kalau Indonesia tidak merasa tersindir atas pernytaan Mahathir di atas, wajar kiranya. Siapa tahu, jangan-jangan Mahathir memilih Jepang, karena meniru dari Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H