Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Protokol Kesehatan Belum Jalan, Salat Jumat Jadi Deg-degan

6 Juni 2020   00:01 Diperbarui: 6 Juni 2020   00:04 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya yang duduk di baris ketiga, tentu saat menerima kotak amal, memegang bagian yang sebelumnya telah dipegang oleh puluhan orang yang lebih awal mendapat sodoran kotak tersebut. 

Sebetulnya saya membawa hand sanitizer ukuran kecil di saku celana, tapi saya tidak menggunakannya, dan hanya mengingat-ingat agar tangan saya tidak menyentuh bagian wajah. Begitu pulang ke rumah, hal pertama yang saya lakukan adalah mencuci tangan dengan sabun.

Ketika khutbah sudah selesai dan hendak melaksanakan salat, tak bisa lagi ditahan, banyak jamaah yang memaksa masuk di tempat yang harus kosong, sehingga jarak antar jamaah menurut perkiraan saya hanya tersisa sekitar 15-20 cm. Saya bersyukur yang di sebelah kiri dan kanan saya, semuanya pakai masker, seperti halnya saya. 

Saya teringat ketika masih salat berjamaah di pertengahan Maret, padahal ketika itu sudah mulai ada kebijakan social distancing, tapi belum tahap PSBB. Betapa parnonya saya ketika jamaah di sebelah saya sering batuk dan juga pilek, ia mengusap wajah sambil salat, eh, kemudian sehabis salat malah menyalami saya. 

Tak mungkin saya tolak uluran tangannya. Tapi akibatnya saya tidak khusuk berdoa, buru-buru pulang ke rumah untuk mencuci tangan dengan sabun. Ada lagi yang saya kurang nyaman, beberapa orang menafsirkan merapatkan barisan salat berjamaah dengan harus bersentuhan antar jari kaki. Saya beberapa kali menggeser kaki saya, tapi tetap dikejar oleh jamaah di sebelah, dan akhirnya saya ikhlaskan saja.

Mungkin memang seperti itu cara salat berjamaah yang benar, saling bersentuhan. Pengetahuan saya masih terbatas dalam hal ini. Untunglah di masa PSBB ini tak ada lagi jamaah yang jari kakinya menyentuh jari kaki saya.

Ketika keluar masjid seusai Jumatan, ada tetangga saya yang bertanya kenapa saya sudah lama tidak ikut Jumatan? Ia menjelaskan bahwa masjid dekat rumah saya itu selalu menyelengarakan salat Jumat, tapi tidak menggunakan pengeras suara, sehingga saya menduga pengurus masjid meniadakan salat Jumat.

Ya saya menjawab, bahwa saya mematuhi kebijakan pemerintah. Ketika masyarakat diminta beribadah di rumah, saya patuh. Sekarang sudah boleh lagi Jumatan, saya pun patuh.

dok. tempo.co
dok. tempo.co
.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun