Toh juga mereka, Â para junior itu, kebanyakan hanya kontak sekali setahun saat lebaran saja, karena setelah sempat bekerja di divisi yang saya pimpin, mereka dipindahkan ke berbagai kantor cabang yang tersebar di berbagai penjuru tanah air. O ya, saya bekerja di sebuah perusahaan milik negara yang punya kantor di setiap kota dan kabupaten.
Tentu ucapan permohonan maaf mereka lebih bernuansa basa-basi, karena mereka tak punya salah apa-apa, minta maaf hanya pertanda masih eksis. Tapi ada untungnya juga bagi saya yang banyak kehilangan daftar kontak di hape lama yang rusak tanpa sempat saya back-up datanya.Â
Dengan berdatangannya ucapan selamat lebaran dari teman yang saling berkirim kabar setahun sekali (pertanda masih eksis seperti saya sebut di atas, kalau tak ada kabar nanti dikira sudah tiada), saya kembali punya daftar kontak yang pernah hilang.
Menurut saya, kemajuan teknologi komunikasi memang sangat membantu, sehingga ucapan lebaran berstandar OTM menjadi new normal sejak beberapa tahun terakhir.Â
Tapi jujur saja, saya merindukan era jadul ketika saya bergembira menerima puluhan kartu lebaran dari pak pos pengantar surat. Saya pun juga berbuat hal yang sama, membeli kartu lebaran, menuliskannya satu persatu, dan mengirimkannya melalui kantor pos terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H