Mohon maaf bila istilah yang saya pakai keliru. Karena saya punya latar belakang pendidikan dan pekerjaan di bidang akuntansi, saya relatif akrab dengan istilah one to many (selanjutnya saya singkat menjadi OTM), sebuah istilah untuk metode pembukuan satu kali pendebetan tapi pengkreditannya buat banyak pihak.
Metode itu contohnya untuk pembayaran  tunjangan hari raya (THR). Anggap saja ada perusahaan yang punya 100 orang karyawan, yang dua minggu sebelum lebaran menerima THR, sesuai ketentuan yang ditetapkan pemerintah.Â
Nah, dalam mekanisme pembukuan secara elektronis, caranya lebih praktis, dengan mendebet rekening giro perusahaan yang ada di bank tertentu, ditarnsfer (dikreditkan) ke 100 rekening karyawannya. Biasanya setiap karyawan wajib membuka rekening tabungan di bank yang sama tempat perusahan punya rekening giro.
Istilah OTM itulah yang terpikir waktu saya ikut-ikutan cara banyak orang yang mengirimkan ucapan selamat lebaran kepada saya, yang sejak kemarin (hari terakhir di bulan puasa) sudah bertubi-tubi masuk ke hape saya. Kenapa saya yakin pesan masuk itu pakai metode OTM? Karena nama saya sama sekali tidak disebut.
Pesan sekitar sepuluh baris itu terdiri dari salam pembuka, ucapan selamat idul fitri, doa berbahasa Arab dalam huruf latin, doa lain dalam bahasa Indonesia (bukan terjemahan dari tulisan bahasa Arab di atas) yang diawali dengan kata "semoga", lalu ditutup dengan nama si pengirim beserta keluarga.Â
Saya sangat yakin, ucapan yang sama dikirim ke ratusan orang yang ada di daftar kontak di hape si pemgirim. Tak heran bila sejak kemarin sampai hari ini, karena sekarang semua orang sudah punya hape, banyak sekali orang yang tak sempat lagi membaca semua pesan masuk yang standar dan lama-lama mungkin membosankan itu.Â
Padahal agar saya disebut sebagai orang yang tahu tata krama dan sopan santun, saya harus membalas ucapan selamat lebaran yang datang bak air bah tersebut. Akhirnya saya tak bisa mengelak, saya larut dalam permainan OTM ini.Â
Alhamdulillah saya bertemu kalimat yang saya sukai dari salah satu pesan masuk ke hape saya. Saya kopi, dan tentu saya ganti nama di baris paling bawah dengan nama saya, lalu saya balaslah semua pesan masuk itu. Meskipun saya tak perlu lagi mengetik, tapi tetap saja memakan waktu lama, sehingga saya memutuskan hanya membuka hape setiap dua jam sekali.
Kemudian ketika ada sedikit waktu luang, sayalah yang berinisiatif mengirim pesan selamat lebaran duluan ke orang-orang yang saya hormati, yakni para senior saya di tempat saya bekerja dan famili saya yang lebih tua usianya.Â
Dalam hal ini saya memakai metode OTM yang sedikit dimodifikasi, bagian atasnya saya ketik sendiri nama si penerima, yang lainnya tetap sesuai standar.
Adapun pesan yang saya terima dari para junior saya di kantor, meskipun OTM juga, tapi lumayan banyak yang kreatif. Maklum mereka tergolong anak milenial. Ada yang berupa video keluarga, animasi, foto keluarga dengan pose yang menarik, di samping masih ada ucapan selamat berupa narasi seperti punya saya (yang saya kopi dari yang lain itu). Saya balas pakai OTM juga. Ya iyalah, kalau customized, capek.
Toh juga mereka, Â para junior itu, kebanyakan hanya kontak sekali setahun saat lebaran saja, karena setelah sempat bekerja di divisi yang saya pimpin, mereka dipindahkan ke berbagai kantor cabang yang tersebar di berbagai penjuru tanah air. O ya, saya bekerja di sebuah perusahaan milik negara yang punya kantor di setiap kota dan kabupaten.
Tentu ucapan permohonan maaf mereka lebih bernuansa basa-basi, karena mereka tak punya salah apa-apa, minta maaf hanya pertanda masih eksis. Tapi ada untungnya juga bagi saya yang banyak kehilangan daftar kontak di hape lama yang rusak tanpa sempat saya back-up datanya.Â
Dengan berdatangannya ucapan selamat lebaran dari teman yang saling berkirim kabar setahun sekali (pertanda masih eksis seperti saya sebut di atas, kalau tak ada kabar nanti dikira sudah tiada), saya kembali punya daftar kontak yang pernah hilang.
Menurut saya, kemajuan teknologi komunikasi memang sangat membantu, sehingga ucapan lebaran berstandar OTM menjadi new normal sejak beberapa tahun terakhir.Â
Tapi jujur saja, saya merindukan era jadul ketika saya bergembira menerima puluhan kartu lebaran dari pak pos pengantar surat. Saya pun juga berbuat hal yang sama, membeli kartu lebaran, menuliskannya satu persatu, dan mengirimkannya melalui kantor pos terdekat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H