Yang dibolehkan bepergian hanyalah orang tertentu seperti petugas kesehatan, petugas penyaluran bantuan sosial, yang bertugas di bidang-bidang yang diperkenankan untuk beroperasi, dan sebagainya. Artinya, sekadar untuk bersilaturahmi, tidak termasuk kriteria yang dibolehkan.
Tapi kalau membaca tanggapan masyarakat di media sosial, banyak yang bingung dengan penjelasan pejabat yang tidak kompak itu. Di lain pihak, minat warga Jabodetabek untuk mudik lokal masih tinggi.
Minat yang tinggi tersebut tidak mengherankan, mengingat banyak yang sudah merasa sumpek setelah lebih dua bulan berkurung diri di rumah. Momen lebaran dianggap saat terbaik untuk pelampiasan, serasa bebas dari penjara.
Hal ini semakin nyata terlihat dari bergairahnya warga ibu kota memenuhi lapak penjual pakaian yang secara diam-diam beroperasi di Tanah Abang, meskipun sudah ditindak oleh Satpol PP. Nafsu membeli baju baru, tak bisa dikekang, karena lebaran identik dengan baju baru.
Ada pula masalah lain yang menghantui sebagian warga, yakni mereka yang ber-KTP daerah tapi terkunci di Jakarta, yang ketakutan untuk bepergian di dalam wilayah Jabodetabek, karena takut dianggap baru datang dari daerah.Â
Diperkirakan pada momen lebaran ini, bahkan mungkin sejak sebelumnya saat malam takbiran, di sejumlah titik di kawasan Jabodetabek akan diperketat pemeriksaan terhadap kendaraan yang berlalu lalang. Bagi yang ber-KTP dari daerah di luar Jabodetabek, sedikit banyak akan merasa terhalang langkahnya.
Namun, daya jangkau razia yang dilakukan oleh Satpol PP atau dari aparat kepolisian amatlah terbatas. Rasanya tidak mungkin bila ada kegiatan ngumpul-ngumpul di suatu rumah saat lebaran, akan didatangi dan dibubarkan oleh petugas tersebut.
Maka tak bisa lain, bila tidak ingin terjadinya ledakan penambahan penderita Covid-19 lagi, cara yang paling efektif hanyalah membangun kesadaran kita semua. Bagi yang mau mudik lokal, silakan saja. Tapi ikuti protokol yang telah ditetapkan pemerintah.
Apalah artinya kemeriahan berlebaran, bila akhirnya ada anggota keluarga kita yang terpapar Covid-19. Lalu siapa saja yang pernah bertemu dengan si korban, akan ditelusuri. Alangkah tidak nyaman dan mencemaskan, bila kita jadi salah seorang yang ikut diminta untuk melakukan isolasi mandiri, sambil menunggu hasil pemeriksaan, apakah kita ikut tertular atau tidak.
Nilai sakral merayakan hari kemenangan dengan nuansa yang lebih sepi dari lebaran-lebaran sebelumnya, tidak akan berkurang. Terlalu mahal harga yang harus dibayar bila demi mengejar kemeriahan, nyawa orang-orang yang kita sayangi menjadi taruhannya.