Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jika Seorang CEO Mempublikasikan Strategi Bisnisnya, Akankah Jadi Bumerang?

2 Juni 2020   00:07 Diperbarui: 2 Juni 2020   04:52 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BRI sering melalukan pendekatan menggunakan budaya lokal di masing-masing daerah, dengan merekrut pekerja yang juga warga lokal yang menjemput bola ke warung atau rumah nasabah. Hadiah-hadiah yang ditawarkan pada nasabahnya, juga barang-barang kecil, tapi disukai nasabah karena jumlah pemenangnya lebih banyak

BRI tampaknya amat sadar, bisnisnya juga diincar oleh bank lain. Bahkan pejabat BRI sering berkata secara diplomatis bila lagi berkumpul dalam asosiasi bank-bank nasional, dengan mengatakan "mari kita garap ramai-ramai kredit mikro karena potensi yang belum terserap oleh perbankan masih banyak".

Ingat, tidak selalu bersaing itu diartikan secara sempit, karena dalam hal-hal tertentu, industri yang sejenis berhimpun dalam asosiasi untuk bisa bekerja sama. Maka janganlah berpikiran picik untuk menghancurkan pesaing, lalu ingin memonopoli usaha, itu sudah tidak etis dalam paradigma bisnis di era sekarang.

Justru ketika tidak tercipta persaingan, karena suatu perusahaan amat dominan, harus dibuat iklim yang kondusif agar muncul persaingan, sehingga perusahaan yang dominan itu tadi tidak terlena, dan konsumen diuntungkan karena ada pilihan lain.

Maka betapa perkasanya Indomie, tetap perlu sparring partner Mi Sedap. Coca Cola butuh Pepsi, agar kreativitas masing-masingnya tetap tumbuh. Demikian pula Nike versus Adidas, dan silakan ditambah dengan contoh lain.

Kembali ke soal publikasi atas strategi binis, yakinlah seorang CEO pasti sudah punya gambaran, mana strategi yang mau diungkap, mana yang harus ditutup rapat-rapat. Bahkan sebuah perusahaan yang telah go public pun, punya banyak dokumen yang dibubuhi cap confidential.

Perlu diketahui, seorang CEO yang tergolong media darling punya banyak keuntungan. Popularitas adalah keuntungan yang memperkuat brand perusahaan yang dipimpinnya, sekaligus brand si CEO sebagi individu. Dengan naiknya popularitas tersebut, bukan tak mungkin si CEO mendapat tawaran untuk memimpin perusahaan lain dengan gaji dan bonus yang jauh lebih besar.

Memang ada CEO yang sengaja menjaga jarak dengan jurnalis dan menyerahkan urusan publikasi pada corporate secretary-nya, khususnya yang membidangi public relation atau hubungan masyarakat (humas).

Perlu dibedakan pula wawancara seorang CEO dengan wawancara seorang pejabat pemerintah. Bagi pemerintah, tidak ada istilah rahasia perusahaan, karena pemerintah bukan lembaga yang mencari keuntungan dari masyarakat. Tak ada juga yang bisa dianggap sebagai pesaing dari pemerintah, kecuali di musim pilpres atau pilkada, mungkin ada strategi petahana yang disembunyikan, di luar tema kampanye yang sengaja diumbar.

Pada akhirnya, semua strategi yang dilakukan seorang pemimpin, baik di perusahaan maupun di instansi pemerintah, perlu diungkap sebagai lesson learned bagi generasi mendatang. Biasanya setelah pensiun, bermunculan buku biografi atau kisah sukses seorang pemimpin yang banyak mengupas sisi kepemimpinannya. Dari buku tersebutlah akan diketahui apakah ada hal yang dulu dirahasiakan (untold stories)?

Dok Forbes Indonesia
Dok Forbes Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun