Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tarzan: Didi Kempot Jadi Korban Kerendahan Hatinya Sendiri

6 Mei 2020   00:07 Diperbarui: 6 Mei 2020   00:10 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun saya bukan orang Jawa, saya termasuk penggemar lagu-lagu Didi Kempot. Tak sepenuhnya memang saya pahami lirik lagunya kata per kata, namun secara keseluruhan saya menangkap isi lagu tersebut, lagu-lagu patah hati yang dibawakan secara ringan dan riang.

Selasa siang (5/5/2020) saya lagi mengikuti acara yang ditayangkan salah satu stasiun televisi, mewawancarai beberapa narasumber yang mengenal dekat almarhum Didi Kempot, yang baru saja meninggal dunia, di pagi Selasa tersebut.

Semua narasumber, meskipun diwawancarai pembawa acara secara terpisah, sepakat bahwa Didi Kempot adalah seniman tulen. Didi kemana-mana membawa gitar dan bisa menciptakan sebuah lagu dalam belasan menit saja ketika inspirasinya muncul.

Karakter Didi yang humble, sangat menghargai orang lain, meskipun ia tenarnya sudah luar biasa dan orang lain itu hanya sekadar penggemarnya saja, sangat menarik pula untuk diangkat.

Ringkasnya, Didi Kempot tidak menyadari bahwa ia adalah seorang superstar sehingga tetap bersikap tidak berjarak dengan orang lain. Bahkan Didi seperti sengaja menyembunyikan kelelahan fisiknya demi menghargai penggemar.

Saya semakin tertarik ketika pelawak senior yang terkenal sebagai salah seorang anggota kelompok Srimulat, Tarzan, dengan tegas mengatakan bahwa Didi Kempot adalah korban dari kerendahan hatinya sendiri.

Tarzan mengungkapkan bahwa pada November tahun lalu, ia sempat bertemu dengan Didi Kempot di bandara Solo. Tarzan saat itu bersama mantan ketua umum Muhammadiyah Din Syamsudin dan juga dengan Rektor Universitas Negeri Jakarta.

Karena melihat wajah Didi yang kecapean, Tarzan sempat memberi nasehat agar jangan terlalu keras mencari uang, tapi sampai melupakan kesehatan. Namun Tarzan tahu, bukan karena mencari uangnya, karena kerendahan hati Didi demi menghargai para penggemarnyalah yang membuat Didi kecapean.

Memang agak dilematis bagi seorang artis besar yang sangat bersikap njawani seperti Didi Kempot. Kultur Jawa sangat akomodatif dan sulit untuk menolak permintaan seseorang dengan alasan lagi capek. Didi bahkan berulang-ulang mengucapkan terima kasih pada penggemarnya yang sebetulnya menyita waktu dan bikin capek itu.

Tapi kalau dipikir-pikir, bukankah karena penggemarnya yang lintas suku, bahkan lintas negara sampai ke Suriname dan Belanda itu, yang melambungkan nama Didi Kempot justru pada usianya yang tidak lagi muda?

Artinya tidak salah-salah amat Didi menghargai semua penggemarnya. Atau apakah pengemarnya yang tidak tahu diri? Lupa kalau Didi seorang manusia biasa yang bisa lelah kalau selalu diajak ngobrol bareng, berfoto, minta tanda tangan, atau aktivitas lainnya antar seorang artis sekelas Didi Kempot dengan penggemarnya yang bejibun.

Hubungan saling membutuhkan antara artis di satu pihak dengan jutaan penggemarnya di pihak lain yang datang dari jauh dan berkorban banyak agar bisa bertemu idolanya, inilah yang terkadang, bila kebablasan, membawa petaka.

Maka di situ pulalah dibutuhkan peran seorang manajer profesional yang menjadi orang pertama yang seharusnya mampu mengelola aktivitas keseharian seorang artis. 

Jangan heran kalau kita melihat artis besar di Amerika Serikat, Eropa, juga di Asia seperti Korea Selatan dan Jepang, sangat ketat dalam mengatur jadwal artis yang ditanganinya. Sejumlah bodyguard dipekerjakan khusus untuk mengawal si artis. Tapi ini pulalah yang membuat si artis jadi terkesan sombong, tidak peka terhadap jeritan penggemar.

Maka kembali pada Didi Kempot yang njawani, meskipun punya manajemennya sendiri, Didi sangat tidak tega menolak penggemar.  Didi yang memang berlatar belakang pemusik jalanan, merasakan sekali sebagai orang biasa, sama seperti para penggemarnya yang menamakan diri sebagai "sobat ambyar".

Jiwa sosialnya juga sangat tinggi, selalu aktif melakukan kegiatan amal, termasuk untuk penanganan Covid-19 yang mewabah. Didi juga menjadi duta anti narkoba, hal yang sangat positif mengingat banyak artis yang terjerat narkoba.

Jadi, boleh-boleh saja Tarzan berpendapat bahwa Didi Kempot adalah korban dari kerendahhatiannya sendiri. Namun, kembali harus diyakini kalau urusan maut adalah salah satu misteri ilahi.  Tak bisa juga kesalahan ditimpakan pada para penggemar, karena Didi sendiri sudah menyatu dengan sobat ambyar.

Tulisan ini seharusnya saya tutup sampai di sini. Tapi salah satu stasiun televisi yang lain tengah menayangkan wawancara dengan Andy F. Noya yang terkenal dengan acara Kick Andy-nya.

Andy mengenang pernah mengundang Didi Kempot sebagai bintang tamu di acara Kick Andy. Didi saat itu menyampaikan bahwa ia sangat tak menyangka, setelah sekian lama kariernya sebagai penyanyi datar-datar saja, saat merasa sudah cukup begitu saja, eh tahu-tahu entah angin dari mana mengangkatnya ke tangga popularitas yang tertinggi.

Didi bilang bahwa ia sekarang punya uang banyak, tapi juga mempertanyakan apa rencana Tuhan untuk dia, kok tiba-tiba diberi uang yang sangat banyak, karena ia tidak ingin sombong. Rupanya misterinya terjawab sudah, Didi dipanggil-Nya di saat puncak kariernya, dengan pesan moral yang jelas, manusia jangan sombong dengan apa yang dipunyainya.

Selamat jalan Didi Kempot. Ragamu boleh pergi, tapi karya-karyamu abadi sebagai warisan yang sangat berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun