Bukan kebiasaan saya untuk meneruskan berbagai informasi yang saya terima melalui akun media sosial saya. Tapi ketika ada video yang berisikan 7 hal yang menyebabkan daya tahan tubuh seseorang berkurang, dan menurut saya masuk akal serta bermanfaat, langsung saya teruskan ke seorang teman.
Soalnya saya baru saja melihat foto si teman itu di akun media sosialnya, dengan penampilan yang kurang bersemangat dan matanya merah. Ketika saya tanya kok matanya merah, dijawabnya karena kurang tidur. Apakah kurang tidur karena stres, tanya saya lagi. Ia mengiyakan karena akhir-akhir ini terlalu banyak masalah yang membebani pikirannya.
Nah masalah kurang tidur dan stres adalah salah dua dari 7 hal yang menurunkan daya tahan tubuh menurut versi video di atas. Sedangkan 5 hal lainnya adalah kurang bergerak, merasa kesepian, pola makan yang tidak benar, kehilangan selera humor, dan terlalu sering mengonsumsi antibiotik. Khusus tentang antibiotik, yang bagus adalah yang alami seperti madu, bawang putih, jahe, atau jahe merah.
Kembali ke teman saya ini, pengakuannya bahwa ia sering stres, cukup mengagetkan saya. Â Soalnya kalau lagi berkumpul dengan teman-teman, ekspresi wajahnya selalu ceria. Ia juga senang bernyanyi bila ikut dalam acara ngumpul-ngumpul yang di tempat makan punya fasilitas hiburan organ tunggal.
Cerita teman saya itu lagi, dalam suasana menjelang lebaran ini, stresnya makin menjadi-jadi, gara-gara selama ini setiap lebaran ia sekeluarga selalu mudik ke kampung halamannya di Sumatera Barat. Sementara itu pada tahun ini, memenuhi kebijakan pemerintah dalam rangka pembatasan sosial berskala besar (PSBB), ia telah memutuskan untuk berdiam diri saja di rumahnya, yang berada di kawasan Depok, Jawa Barat.
Masalahnya, meski ia sendiri belum yakin apakah akan ada tamu, khususnya familinya yang tinggal di Jabodetabek, akan datang ke rumahnya di saat libur lebaran atau tidak, ia tetap melakukan berbagai persiapan, seperti membersihkan rumah dan halamannya, membeli kue lebaran dan memasak makanan khas lebaran ala urang awak, seperti membuat rendang.
Ia seorang wanita single parent, merasa sangat lelah, karena dua orang anak perempuannya yang sudah dewasa tidak mau membantu, padahal ia tak punya asisten rumah tangga. Jika anaknya diminta membantu, akhirnya malah ngerecokin karena dilakukan tanpa niat yang tulus. Makanya walaupun capek, akhirnya ia paksakan berkerja seorang diri.
Dengan niat membantu teman saya itu, akhirnya saya berbagi pengalaman bagaimana caranya saya mengelola stres. Mungkin karena pada dasarnya saya senang menulis, kiat saya adalah menginventarisir semua hal yang menghantui pikiran saya. Awalnya tentu saya tulis secara acak saja, apa saja yang terpikirkan.
Kemudian baru saya kelompokkan semua hal yang telah saya catat itu dalam beberapa kategori. Ada yang termasuk masalah di tempat bekerja, masalah internal di rumah tangga, dan masalah bersosialisasi dengan orang lain, terutama dengan famili dan teman-teman. Sekiranya masih ada masalah yang tak bisa masuk kategori di atas, akan masuk kategori lain-lain.
Setelah itu baru saya berpikir secara cermat untuk masing-masing masalah. Dengan mencatat masalah, saya merasa lebih gampang membedahnya. Bahkan ada masalah yang begitu saya tuliskan, telah selesai dengan sendirinya, karena saya anggap minor dan tadinya karena baper saja sehingga jadi kepikiran.
Terhadap masalah yang betul-betul menjadi beban pikiran, saya baca lagi dengan perlahan tanpa emosi. Setelah itu saya baru fokus pada upaya apa yang mungkin saya lakukan dalam rangka mencari solusi, bukan apa yang saya harapkan dari orang lain untuk saya. Orang lain saya angap sebagai sesuatu yang uncontrollable, di luar kendali saya.