Kami telah mengumpulkan sejumlah uang yang dimasukkan dalam sebuah amplop. Ketika sudah satu jam berbincang-bincang (kami kagum dengan daya ingat beliau yang kuat), kami pun pamit. Salah seorang dari kami memberikan amplop saat bersalaman, namun  ditolak dengan mentah-mentah oleh beliau.
Bahkan di belakang, istri beliau telah menyiapkan makanan untuk bersantap siang, meskipun baru jam 11 siang, dan tidak mengizinkan kami pamit sebelum makan.
Tidak itu saja, pas pamit, entah dari mana datangnya, tiba-tiba sudah ada kantong kertas berisi oleh-oleh cendera mata dari Ngawi, Jawa Timur, kampung halaman beliau. Katanya, sang istri belum lama ini baru pulang dari Ngawi.
Padahal, kami tidak memberi tahu kalau mau datang, karena sudah tahu "kelakuan beliau" seperti itu. Dua tahun lalu, saat itu bulan puasa, kami diberikan makanan dalam kotak, katanya untuk berbuka puasa. Betul-betul kami tidak enak hati. Sudahlah pemberian kami tidak diterima, malah ngelaba dengan dapat makan dan buah tangan.
Baik, itu kisah pertama. Sekarang kisah kedua, yakni saat reuni yang sudah saya singgung di awal tulisan ini. Ketika acara makan malam yang berlanjut dengan panggung gembira, beberapa orang guru kami yang masih ada dan rata-rata sudah berumur sekitar 75 tahun, telah hadir. Ada teman yang bertugas menjemput dan mengantar para guru tersebut.
Di tengah keasyikan menikmati teman-teman yang menyanyi diiringi organ tunggal, beberapa guru berbincang dengan saya, yang isinya agar kami tidak lupa memberikan para guru sejumlah uang.
Sebetulnya, tanpa diminta pun kami sudah menyiapkan beberapa amplop, karena begitu melihat ada beberapa guru yang bisa datang, kami diam-diam mengumpulkan uang secara spontan.Â
Tapi dengan adanya kata-kata permintaan dari guru (tak ada istilah mantan buat guru), entah kenapa, saya jadi kurang nyaman. Seolah-olah tanpa diminta, kami melupakan beliau-beliau, pahlawan tanpa tanda jasa itu.
Dari dua kisah di atas, dua-duanya bukan merupakan hal yang saya harapkan. Memberi seseorang namun malah dapat balasan yang lebih besar, membuat saya tak enak hati. Memberi sesoorang yang memang sudah kita niatkan, namun malah ditagih terlebih dahulu seolah kita lupa, juga bukan hal yang membuat saya lega.
Idealnya, kita memberikan bantuan dengan tulus, dan diterima juga dengan tangan terbuka. Tapi bagaimanapun juga menghormati para guru dan para senior di tempat kita bekerja, menurut saya harus dilakukan, antara lain dengan memelihara silaturahmi.