Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghargai Jasa Guru dan Para Senior di Tempat Bekerja dengan Memelihara Silaturahmi

19 April 2020   14:30 Diperbarui: 19 April 2020   14:27 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. lenteraswaralampung.com

Sangat beruntung saat pembatasan aktivitas sosial belum begitu ketat di minggu kedua Maret lalu, saya masih sempat terbang dari  Jakarta ke Padang dan selanjutnya terus ke Payakumbuh, kota kelahiran saya.

Tadinya saya berniat pulang awal April saja, hal rutin yang saya lalukan setiap mau memasuki bulan puasa, yakni berziarah ke makam kedua orang tua saya.  Namun ternyata ada jadwal reuni teman-teman sekolah saya, ya sekalian saya ikut reuni sambil berziarah, atau berziarah sambil reuni. 

Sungguh saya bersyukur sekali. Kalau saya tidak ikut reuni, tentu saja saya tidak berani pulang ke kampung halaman untuk ziarah di bulan April ini mengingat penyebaran wabah Covid-19 makin merata, termasuk di Padang. Kalau saya nekad, pasti langsung berstatus orang dalam pengawasan (ODP) saat mendarat di Padang.

Tujuan tulisan ini bukan bercerita tentang kemeriahan saat reuni, maupun kekhusyukan ketika berziarah. Sesuai judul di atas, saya tertarik membahas bagaimana kita menghargai orang-orang yang berjasa dalam kehidupan kita, selain orang tua dan saudara sendiri.

Para uztad sering menyampaikan pesan bahwa menghormati guru yang dulu mengajar kita adalah perbuatan yang mulia. Kalaupun standar kehidupan kita saat ini lebih baik dan guru-guru kita mungkin harus puas dengan uang pensiunan bulanan yang pas-pasan, sebaiknya kita bermurah hati memberikan bantuan.

Demikian pula untuk para senior kita di tempat kita bekerja. Saat kita memulai karir katakanlah di sebuah kantor, tentu kita punya atasan yang berbaik hati memberikan ilmunya dan menunjuki kita cara bekerja yang baik.

Nah, sekarang saya mulai dengan seorang yang sangat saya hormati saat mulai bergabung di sebuah BUMN tahun 1986. Kebetulan seminggu sebelum ke Padang, saya bersama 6 orang teman berkunjung ke rumah Pak Burhan (bukan nama sebenarnya), orang yang saya hormati itu, di kawasan Cileduk, Tangerang Selatan.

Ini sudah yang ketiga kalinya kami ke rumah beliau dalam 5 tahun terakhir ini. Namun saya cukup kaget, sekarang kedua mata Pak Burhan sudah tak berfungsi lagi karena menderita glukoma. Usia beliau sekarang sudah 79 tahun.

Untung istri beliau demikian telaten mengurus suaminya. Pak Burhan adalah kepala bagian di tempat saya bekerja ketika saya diterima sebagai pegawai dalam masa percobaan, istilahnya Tenaga Bulanan Lepas (TBL).

Tapi Pak Burhan tidak bersikap seperti kebanyakan pejabat ketika itu, beliau tidak berjarak dengan anak buah, bahkan dengan sabar memberikan bimbingan, sehingga saya dan teman-teman cepat menguasai materi pekerjaan sehari-hari.

Kehidupan beliau setelah pensiun boleh dikatakan sederhana, tidak terkesan seperti pernah memegang jabatan. Mungkin juga karena uang pensiun bulanannya tidak besar. Maklumlah baliau pensiun tahun 1996 ketika kemampuan perusahaan untuk membayar para pensiunannya, termasuk yang punya jabatan sekalipun, relatif rendah.

Kami telah mengumpulkan sejumlah uang yang dimasukkan dalam sebuah amplop. Ketika sudah satu jam berbincang-bincang (kami kagum dengan daya ingat beliau yang kuat), kami pun pamit. Salah seorang dari kami memberikan amplop saat bersalaman, namun  ditolak dengan mentah-mentah oleh beliau.

Bahkan di belakang, istri beliau telah menyiapkan makanan untuk bersantap siang, meskipun baru jam 11 siang, dan tidak mengizinkan kami pamit sebelum makan.

Tidak itu saja, pas pamit, entah dari mana datangnya, tiba-tiba sudah ada kantong kertas berisi oleh-oleh cendera mata dari Ngawi, Jawa Timur, kampung halaman beliau. Katanya, sang istri belum lama ini baru pulang dari Ngawi.

Padahal, kami tidak memberi tahu kalau mau datang, karena sudah tahu "kelakuan beliau" seperti itu. Dua tahun lalu, saat itu bulan puasa, kami diberikan makanan dalam kotak, katanya untuk berbuka puasa. Betul-betul kami tidak enak hati. Sudahlah pemberian kami tidak diterima, malah ngelaba dengan dapat makan dan buah tangan.

Baik, itu kisah pertama. Sekarang kisah kedua, yakni saat reuni yang sudah saya singgung di awal tulisan ini. Ketika acara makan malam yang berlanjut dengan panggung gembira, beberapa orang guru kami yang masih ada dan rata-rata sudah berumur sekitar 75 tahun, telah hadir. Ada teman yang bertugas menjemput dan mengantar para guru tersebut.

Di tengah keasyikan menikmati teman-teman yang menyanyi diiringi organ tunggal, beberapa guru berbincang dengan saya, yang isinya agar kami tidak lupa memberikan para guru sejumlah uang.

Sebetulnya, tanpa diminta pun kami sudah menyiapkan beberapa amplop, karena begitu melihat ada beberapa guru yang bisa datang, kami diam-diam mengumpulkan uang secara spontan. 

Tapi dengan adanya kata-kata permintaan dari guru (tak ada istilah mantan buat guru), entah kenapa, saya jadi kurang nyaman. Seolah-olah tanpa diminta, kami melupakan beliau-beliau, pahlawan tanpa tanda jasa itu.

Dari dua kisah di atas, dua-duanya bukan merupakan hal yang saya harapkan. Memberi seseorang namun malah dapat balasan yang lebih besar, membuat saya tak enak hati. Memberi sesoorang yang memang sudah kita niatkan, namun malah ditagih terlebih dahulu seolah kita lupa, juga bukan hal yang membuat saya lega.

Idealnya, kita memberikan bantuan dengan tulus, dan diterima juga dengan tangan terbuka. Tapi bagaimanapun juga menghormati para guru dan para senior di tempat kita bekerja, menurut saya harus dilakukan, antara lain dengan memelihara silaturahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun