Saya pikir orang yang "paket komplit" seperti itu hanya ada dalam novel atau film Catatan Si Boy. Soalnya saya terlanjur beranggapan orang pintar biasanya kurang gaul, sedangkan yang anak gaul biasanya malas belajar.
Wajar kalau saya menduga teman ini sekarang telah sukses besar, mungkin jadi eksekutif di perusahaan multinasional atau punya perusahaan sendiri.
Namun dugaan saya keliru. Ia malah banyak berkeluh kesah. Ia resign dari sebuah bank swasta papan atas, lalu membuka usaha sendiri, tapi malah tertipu oleh rekan bisnisnya.
Sementara itu istrinya juga menggugat cerai. Betul-betul ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Saya makin kaget ketika ia memohon untuk meminjam sejumlah uang kepada saya.
Nah, poin tulisan saya, dalam membangun relasi pertemanan, jangan tertipu dengan first impression, atau kesan pertama, yang cenderung underestimate atau overestimate.
Kita cenderung menilai biasa-biasa saja teman yang pendiam dan berpenampilan pas-pasan. Tapi ada teman saya yang seperti ini sekarang sudah jadi guru besar di sebuah perguruan tinggi negeri.
Bila kita sudah mengatakan seseorang sebagai biasa-biasa saja, tunggu saja perkembangannya. Boleh jadi kelak satu persatu kelebihannya mulai terkuak, sehingga kita jadi kaget dan tidak menyangka berkat kegigihannya ternyata ia mampu begini, mampu begitu.
Tapi kalau kita telah terpukau pada pandangan pertama dan langsung berkomentar bahwa ia teman yang luar biasa, hati-hati saja. Boleh jadi kelak satu persatu kekurangannya mulai terkuak.
Tentu saja ada pula kesan pada pandangan pertama yang tetap konsisten. Yang dari awal jelek, ternyata sampai puluhan tahun kemudian tetap jelek. Yang dari awal sudah bagus, sampai tua pun tetap bagus. Tapi ini di luar konteks tulisan ini.
Adapun pesan tulisan ini adalah tentang pentingnya kita membangun relasi pertemanan yang sehat. Dalam hal ini, agar pertemanan tersebut nantinya saling melengkapi dan langgeng, jangan langsung menyimpulkan karakter seseorang hanya dari pandangan pertama semata-mata.