Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Car Free Day, Ancaman Virus Corona Tak Berpengaruh

15 Maret 2020   00:07 Diperbarui: 15 Maret 2020   00:10 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Car Free Day (CFD) atau hari bebas dari kendaraan bermotor di jalan protokol adalah hari yang ditunggu para pencinta olahraga di banyak kota di tanah air.

Sebagai contoh, di kota Jakarta, sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin, pada setiap hari Minggu, mulai jam 6 pagi hingga jam 11 siang, merupakan jadwal rutin CFD.

Kebetulan pagi Minggu (8/3/2020) tidak seperti hari-hari sebelumnya, cuaca ibu kota Jakarta lagi cerah. Saya awalnya tidak berniat untuk olahraga di lokasi CFD.

Tapi karena ada keperluan untuk berkumpul dengan beberapa orang teman dan titik kumpulnya di halaman sebuah gedung di Jalan Sudirman, akhirnya tertarik untuk menikmati suasana CFD

Ternyata cukup banyak warga yang memanfaatkan CFD untuk berjalan kaki, berlari, bersepeda, atau main skateboard. Kebanyakan mereka berkelompok dan tak ada ketakutan berkumpul meskipun berita semakin bertambahnya penderita virus corona di Jabodetabek sedang menghangat.

Dok pribadi
Dok pribadi
Banyak juga saya melihat wajah pria dan wanita bule yang lagi berlari santai. Mungkin ekspatriat yang bekerja di Jakarta. Kebanyakan mereka tinggal di apartemen yang tidak begitu jauh dari Jalan Sudirman dan Jalan Thamrin.

Kemudian yang juga menarik perhatian saya adalah di sudut trotoar dekat halte bus Bendungan Hilir, beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Atmajaya mengajak mereka yang melintas untuk mengecek tekanan darah, kadar gula darah, asam urat dan kolesterol.

Masing-masing jenis pemeriksaan ada tarifnya, tapi relatif murah. Saya hanya memeriksa tekanan darah saja dengan tarif Rp 5.000. Alhamdulillah hasilnya normal.

Dok pribadi
Dok pribadi
Banyak pula pedagang bergerobak terlihat lagi mangkal di trotoar. Karena trotoarnya sudah demikian lebar, keberadaan pedagang tersebut tidak banyak menyita tempat.

Tampaknya merupakan kesempatan yang langka bagi para pedagang untuk berjualan di trotoar jalan protokol. Hanya pada jadwal CFD saja diperkenankan.

Boleh jadi mereka yang berolahraga sadar bila mereka langsung tergoda menyantap makanan yang dijual para pedagang  itu, kalori yang sudah terbakar, bertambah lagi. Makanya tidak banyak pedagang yang melayani pembeli.

Dok pribadi
Dok pribadi
Sekarang CFD sudah berkembang di banyak kota lain di tanah air, bahkan juga di kota-kota kabupaten yang sebetulnya tanpa CFD-pun, jalan protokolnya relatif tidak ramai dengan kendaraan bermotor.

Kalau menelusuri sejarahnya, CFD dimulai di Belanda pada tahun 1956. Sedangkan di Indonesia, Jakarta menjadi pelopor yang dimulai tahun 2002. Awalnya hanya dilakukan satu kali sebulan, yakni pada minggu keempat.

Olahraga itu sangat penting, semua orang pasti tahu. Tapi bagi warga ibu kota, ruang terbuka hijau yang layak untuk berolahraga, sangat terbatas. 

Maka kesempatan sekali seminggu memakai jalan protokol, betul-betul sangat bermanfaat. Selain itu keuntungan lain adalah berkurangnya tingkat polusi karena tidak ada lalu lalang kendaraan bermotor.

Di Jakarta, CFD juga dilakukan di sejumlah ruas jalan lain yang mewakili lima wilayah kota, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.

Dok pribadi
Dok pribadi
Ternyata dari pemberitaan sejumlah media daring, antara lain tempo.co (8/3/2020), pada CFD tersebut juga diadakan sosialisasi dan edukasi ihwal pencegahan penyebaran virus corona oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Hanya lokasi sosialisasi di Bundaran Hotel Indonesia, relatif jauh dari tempat saya mengamati CFD di kawasan Bendungan Hilir. Pantas kalau saya sama sekali tidak tahu.

Apakah hari Minggu ini (15/3/2020) CFD tetap tidak terpengaruh oleh virus corona? Soalnya ada kabar selentingan akan dihentikan sementara. 

Dok pribadi
Dok pribadi
Kesadaran berolahraga masyarakat perkotaan sudah semakin meningkat. Ini hal yang pantas diapresiasi. Sudah sewajarnyalah pemerintah daerah setempat menyediakan fasilitas yang lebih permanen, tidak cukup hanya seminggu sekali di jalan protokol.

Bagi mereka yang berduit tentu tidak masalah. Pusat kebugaran tumbuh menjamur di mal-mal dengan bayaran yang relatif mahal. Peralatannya canggih dan dipandu oleh instruktur yang berpengalaman.

Tapi untuk masyarakat banyak, tak ada jalan lain, ruang terbuka hijau yang dilengkapi track untuk berolahraga, paling tidak harus ada di setiap kecamatan. Syukur-syukur bisa diperbanyak sehingga ada di setiap kelurahan.

Akan lebih baik lagi bila ada klub senam sehat yang dipandu oleh instruktur yang tidak mengharapkan bayaran yang memberatkan peserta senam bersama. 

Masyarakat yang sehat akan menjadi salah satu modal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus modal bagi pembangunan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun