Kalau menelusuri sejarahnya, CFD dimulai di Belanda pada tahun 1956. Sedangkan di Indonesia, Jakarta menjadi pelopor yang dimulai tahun 2002. Awalnya hanya dilakukan satu kali sebulan, yakni pada minggu keempat.
Olahraga itu sangat penting, semua orang pasti tahu. Tapi bagi warga ibu kota, ruang terbuka hijau yang layak untuk berolahraga, sangat terbatas.Â
Maka kesempatan sekali seminggu memakai jalan protokol, betul-betul sangat bermanfaat. Selain itu keuntungan lain adalah berkurangnya tingkat polusi karena tidak ada lalu lalang kendaraan bermotor.
Di Jakarta, CFD juga dilakukan di sejumlah ruas jalan lain yang mewakili lima wilayah kota, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Hanya lokasi sosialisasi di Bundaran Hotel Indonesia, relatif jauh dari tempat saya mengamati CFD di kawasan Bendungan Hilir. Pantas kalau saya sama sekali tidak tahu.
Apakah hari Minggu ini (15/3/2020) CFD tetap tidak terpengaruh oleh virus corona? Soalnya ada kabar selentingan akan dihentikan sementara.Â
Bagi mereka yang berduit tentu tidak masalah. Pusat kebugaran tumbuh menjamur di mal-mal dengan bayaran yang relatif mahal. Peralatannya canggih dan dipandu oleh instruktur yang berpengalaman.
Tapi untuk masyarakat banyak, tak ada jalan lain, ruang terbuka hijau yang dilengkapi track untuk berolahraga, paling tidak harus ada di setiap kecamatan. Syukur-syukur bisa diperbanyak sehingga ada di setiap kelurahan.
Akan lebih baik lagi bila ada klub senam sehat yang dipandu oleh instruktur yang tidak mengharapkan bayaran yang memberatkan peserta senam bersama.Â
Masyarakat yang sehat akan menjadi salah satu modal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sekaligus modal bagi pembangunan bangsa.