Bila memang Paslon Prabowo-Puan akan maju dan menang di Pilpres 2024, mungkin akan ada penyerahan wewenang yang lebih besar dari presiden ke wakilnya. Jadi, sebagai RI-2 Puan sekaligus "magang" untuk merebut kursi RI-1 pada periode berikutnya.
Selain itu, seperti yang ditulis tempo.co (17/3/2014), dulu saat paslon Megawati-Prabowo maju di Pilpres 2009 yang akhirnya dimenangkan SBY-Boediono, ada kesepakatan bahwa Megawati bersedia mendukung Prabowo sebagai capres pada 2014.
Namun seperti diketahui, akhirnya pada Pilpres 2014 dan 2019 PDIP dan Gerindra saling berhadapan. Kalau kesepakatan di atas masih berlaku, maka mungkin pelunasannya akan terwujud pada paslon Prabowo-Puan.
Tentu saja bila itu terjadi, Prabowo harus siap-siap ditinggalkan oleh kelompok "Aksi 212" yang merupakan pendukung setianya dalam beberapa tahun terakhir ini.Â
Kehilangan kelompok Aksi 212 dan pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Prabowo mendapat ganti yang lebih banyak dari pemilih PDIP.Â
Hanya tetap saja tidak gampang bagi Prabowo-Puan untuk mendapatkan mandat dari mayoritas rakyat. PDIP bergabung dengan Gerindra belum cukup nendang bila tidak didukung PKB.
Ingat, kemenangan Jokowi-Ma'ruf antara lain karena dukungan penuh warga Nahdlatul Ulama (NU) yang mayoritas adalah juga pemilih PKB.
Jadi seandainya Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum PKB maju mendampingi Anies seperti prediksi Fadel di atas, jelas PKB akan berpaling dari PDIP.
Namun diperkirakan Muhaimin akan berjuang untuk capres, bukan cawapres. Sekarang PKB sudah punya Ma'ruf Amin di kursi wapres. Saatnya PKB berjuang untuk kursi presiden.Â
Apakah mungkin paslonnya dibalik jadi Muhaimin-Anies? Kalau tidak mungkin, bisa saja nantinya PKB menggandeng Demokrat dan PAN. Atau siapa tahu, bisa juga dengan Golkar.
Kemudian tentang Airlangga, diragukan akan berani bertarung untuk posisi presiden, bila tidak didukung oleh partai besar, PDIP atau Gerindra.